Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[RINDU] Merindukan Matahari

8 September 2016   15:29 Diperbarui: 8 September 2016   16:00 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: www.shutterstock.com

Tahukah kamu?

aku merindukanmu sejak sinar terakhirmu berlabuh di tepi cakrawala biru.

Aku menunggu.

.

Bahkan parade bintang-bintang yang melenggang

tak akan mampu mengusir rindu hati yang meregang

berapa lamakah lagi harus menunggumu pulang?

.

Malam telah menguapkan mimpi dan atma dari raga ke langit

kehidupan berhenti sejenak meracik manis dan pahit

tapi rindu ini semakin membuncah dan menggigit.

.

Aku nyaris mati sesak di telaga penantian.

Dirimu, hanya dirimu dalam datangmu

yang bisa memuaskan kerinduan.

.

Kendati cinta itu selalu membuat hati terbakar dan tubuh melebur

tetap saja rasa rindu

mampu memanggilku kepada kehidupan yang baru.

.

Kendati siang itu selalu memaksamu meninggalkanku

tetap saja rasa rindu

mampu menegarkanku.

.

Ah, kamu telah belajar mendengarkanku.

Saat bintang-bintang meninggalkan pentas kelabu

mimpi dan atma kembali dari langit kepada raga

dan kehidupan bergeliat

sinarmu berlayar dari tepi cakrawala biru.

Kamu datang, matahariku

kamu datang penghapus rinduku.

.

Kita pun bersua walau hanya sekejab saja

lebih singkat dari kedipan mata.

Tapi aku bahagia.

.

Lebur…

leburkanlah diriku dalam cinta dan penantian.

hantarlah diriku kepada keabadian

.

Aku akan menunggang rindu yang sama

menuju kepada kehidupanku yang baru.

.

Jagalah dirimu, penghapus rinduku.

.

Salam rindu dariku

embun pagi yang tidak pernah sama lagi.

---



kota daeng, 8 September 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun