Sepatu bot Ares menapaki bangunan yang dinamai El Diablo oleh penduduk sekitar. Suasana begitu hening. Bahkan angin pun seperti tak berani berembus.
Ketukan ujung sepatunya memantul samar di dinding-dinding ruangan. Tetapi di telinga Ares, gema suara itu itu lebih mirip bisikan kebencian dari bibir-bibir tak kasat mata. Dia duduk di atas kursi goyang yang sama tuanya dengan bangunan itu.
“Semua peralatan sudah siap, Tuan!” seru seorang lelaki dari balik pintu.
“Baik, Fernando. 15 menit lagi… Oh, ya. Panggil Sandra kemari,” sahut Ares.
Lelaki yang dipanggil Fernando terhenyak sesaat sebelum beranjak dari situ.
Ares adalah seorang paranormal tersohor. Kali ini dia bersama tim diminta untuk membersihkan arwah-arwah penasaran yang menghuni bangunan itu. Seorang taipan memberi imbalan besar untuk pekerjaan itu, kendati sebenarnya Ares tidak pernah tertarik kepada uang.
***
Senja sudah menampakkan wajahnya yang sendu. Ares kini berada di basement gedung utama. Lusinan pria dengan tubuh setengah ceking terikat pasrah pada rantai-rantai besi. Belasan yang lain lagi sedang menerima cambukan dari para mandor. Seruan-seruan menyayat hati terdengar memekakkan telinga.
Tak ada yang menyadari kehadiran Ares. Kecuali… seorang pria berjubah hitam di sudut ruangan. Keduanya beradu pandang.
Ares terkejut, “Apa maumu?” serunya.
“Aku yang harusnya bertanya begitu,” sahut pria itu dingin. Lalu secepat kilat dia menghunus pedang panjang dari balik jubahnya.