“Bukankah kehidupan sesungguhnya adalah rangkaian pilihan? Anda beruntung masih memiliki kesempatan itu. Sedangkan aku… aku tidak punya pilihan lain lagi.”
Wanita muda terdiam.
Benturan keras dan menyakitkan membuatku terjerembab ke atas pasir. Tubuhku terurai dan melebur bersama pantai, laut dan angin yang berhembus. Di saat-saat penghabisan, aku masih sempat memandang wanita muda bersama seorang berjubah hitam, seorang pengelana malam lainnya.
Jemari wanita muda dikecup dengan mesra sebelum pemandangan itu menghilang seperti layar yang menutup pentas sebuah drama.
---
Aku seorang pengelana malam. Menunggangi angin dan bergelayut di antara awan-awan. Langit hitam jadi latar pentas sebuah drama panjang yang melelahkan karena aku tidak akan pernah tahu akhir drama ini.
Bulan purnama semakin merajai langit. Aku mendengar seruan-seruan mereka, para nelayan yang hendak melaut. Aku mendekat tanpa membuat mereka menyadari kehadiranku.
Seorang dari mereka berlari tergopoh-gopoh ke arah pemukiman dan enam orang lainnya mengelilingi tubuh seorang wanita, masih muda kurasa, yang terhampar di atas pasir. Walaupun purnama masih menyingkapkan sisa-sisa kecantikannya, wajah wanita muda itu telah kaku dan memucat.
Wanita muda itu, dia tidak akan merasakan lagi sakitnya luka karena cinta. Dia telah membuat pilihan.
***