Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cawan Pengantin

24 Juli 2016   20:42 Diperbarui: 24 Juli 2016   20:57 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: dokpri

Cinta membaca surat itu sampai matanya berkaca-kaca, menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia lalu pergi dalam nelangsa dan membawa semuanya. Awan, melati, matahari dan rindu.

--

Pengantin pria kini terbaring di atas ranjang pengantin, kelelahan karena bercinta semalaman.

Seorang gadis menatap ufuk timur dari balik jendela. Saat matahari pagi mengintip, dia menyunggingkan senyum lalu tergesa-gesa membangunkan pengantin pria.

“Bangun, Sayang. Matahari sudah datang,” ucapnya mesra.

Pengantin laki-laki membuka mata… kemudian menatap gadis itu dengan wajah setengah putus asa.

“Jangan, Sayang. Dia berkawan dengan matahari. Dia bisa menemukan kita nanti.”

--

Sementara itu pengantin wanita kini menunggu di bawah matahari untuk membuktikan siang tidak akan melelehkan rasa cintanya. Kamar pengantin yang telah dipersiapkannya terlihat senyap dan hampa.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun