Dia pun mengambil tongkat kayu sepanjang lengan pria dewasa, untuk membantunya memfokuskan energi sihir.
“Nah, anak-anak sekalian, dengar baik-baik,” kali ini suara pesulap terdengar memberat.
“Apapun yang terjadi nanti, aku minta kalian tetap tenang. Kalian boleh terkejut, kalian boleh terpesona, tapi kalian tidak boleh bergeser dari tempat duduk kalian sedikit pun dan melakukan hal-hal berbahaya, sampai seluruh sulap selesai. Pesan ini juga untuk para orang tua. Ini penting untuk dipahami. Apa kalian mengerti?”
Anak-anak itu mengangguk-angguk diikuti beberapa orang dewasa.
Pesulap itu pun mengarahkan ujung tongkatnya ke atas pot dalam genggaman pria berkepala plontos. Matanya terpejam, dan bibirnya yang setengah keriput bergerak-gerak pelan. Dia sedang membaca beberapa barisan mantra perlahan sambil memfokuskan energi sihirnya. Dia pun menyentakkan ujung tongkatnya.
(bersambung)
---
Pertama kali ditayangkan di blog
dalam rangka event #Tantangan100HariMenulisNovelFC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H