Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Basalto Terakhir] Sayap-sayap Patah

17 Juni 2016   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2016   18:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari: dragonsofatlantis.wikia.com

Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Basalto versus Emerald

---

Emerald pun mengarahkan Ur agar terbang lebih tinggi untuk melewatkan bola-bola api itu. Sebagian besar bola api berhasil ditangkis dan dilewati, tetapi masih ada beberapa serangan yang membentur tubuh Ur, termasuk sayap kirinya.

Ur pun berteriak kesakitan, gerakan terbangnya menjadi goyah. Basalto terlihat bersiap-siap melepaskan serangan lagi, tetapi Emerald sudah memaksa Ur agar terbang menjauh. Dari sayap kirinya terlihat kepulan asap hitam. Ur berusaha mempertahankan ketinggian tetapi dia nampak sangat kewalahan.

“Ur!” Emerald berteriak panik sambil berusaha berpegangan lebih kuat agar tidak jatuh. Dia pun mengarahkan Ur agar terbang ke bawah, ke arah sungai Kharrum yang mengalir di belakang padepokan.

Basalto mendengus. Dia sebenarnya merasa sangat letih, namun tekadnya untuk segera menyelamatkan emas hitam jadi pemicu adrenalinnya.

Langit mendung mengeluarkan suara guruh bersahut-sahutan. Petir pun mulai berbalasan menyambar udara di bawah awan-awan. Tiba-tiba terlihat petir raksasa meluncur dari awan gelap dan menyambar tubuh Basalto.

Tubuh Basalto tersentak hebat. Dia mengeluarkan lengkingan pilu. Tubuhnya melemas, tongkat sihirnya terlempar ke bawah. Dia berusaha agar tidak limbung dengan menghempaskan lututnya di titian bubungan. Kedua telapak tangannya digunakan untuk menopang tubuhnya. Darah merah segar pun mengucur dari hidungnya.

“Pengecut,” gumamnya lemah. Dengan sisa-sisa tenaga dia menoleh ke bawah, ke arah lapangan tempat terjadi pertempuran lainnya. Pandangannya tertuju pada satu sosok di bawah sana.

Ametys.

Kedua tangan Ametys bersama tongkat sihirnya masih terangkat ke atas. Sementara itu terlihat Ruby masih sibuk menghadapi prajurit-prajurit Basalto yang tersisa.

Kelihatannya Ametys masih akan mengeluarkan serangan berikutnya. Tetapi melihat Basalto sudah kepayahan, dia mengurungkan niatnya. Dia pun menurunkan tongkat sihirnya.

Perhatiannya kembali beralih kepada pertempuran di depannya. Dia lalu mengambil ancang-ancang dan kembali melepaskan sihir badai kosmis untuk menghempaskan para prajurit. Untuk sementara sihir itu dapat menahan perlawanan para prajurit.

“Huria, kirim aku ke sana!” Ametys menunjuk puncak istana Basalto. Ruby pun mengangguk lalu mengarahkan tangannya ke tubuh Ametys. Selubung sihir berwarna biru menyala pun menyelimuti tubuh Ametys. Sesaat kemudian, dia lenyap dari tempat itu.

Ametys muncul kembali sekitar empat langkah di hadapan Basalto. Pemimpin kerajaan kaum sihir di barat Gopalagos itu masih tertunduk dengan napas yang lemah.

“Maafkan aku, Thores. Aku harus menghentikanmu. Tadi aku lihat, kamu benar-benar berniat membunuh Kesha.”

Basalto mendongakkan kepalanya perlahan dan memperlihatkan tatapan tajam ke arah Ametys. Basalto benar-benar marah. Ametys terkejut. Aura sihir Basalto yang tadinya sudah sangat lemah tiba-tiba membesar kembali. Dalam sekejab, seluruh tubuh Basalto seperti dipenuhi api lalu api tersebut melesat ke arah Ametys dalam rupa seekor harimau yang meloncat secepat laju anak panah.

Bahkan dalam keadaan sekritis itu, Basalto masih bisa memberi serangan mematikan untuk lawan-lawannya.

Ametys dalam posisi terbuka dan benar-benar tidak siap dengan serangan itu, sehingga ketika harimau api menerjang tubuhnya dia tidak bisa berbuat banyak lagi. Dia pun terlontar ke angkasa sambil meringis kesakitan.

Ruby yang sedang berjibaku terkejut. Dia merasakan aura Ametys tiba-tiba meredup. Dia pun berbalik dan segera berlari meninggalkan arena pertempurannya. Dia masih sempat melihat tubuh Ametys yang setengahnya diselimuti api terlempar dari hadapan Basalto. Untunglah Ametys terlempar ke balkon bangunan istana yang lain.

Tapi dia tahu tetap saja serangan itu akan berakibat fatal untuk Ametys.

Ruby pun berlari sambil berteriak penuh amarah. Dia menghimpun segenap energi dan melesatkan satu serangan ke arah Basalto. Sebenarnya jaraknya kedua penyihir itu cukup jauh sehingga serangan Ruby kemungkinan besar berdampak kecil jika mengenai Basalto, atau Basalto dapat menangkisnya dengan mudah.

Namun karena energinya sudah benar-benar terkuras, Basalto berusaha untuk menghindarinya saja. Celakanya karena terlalu lemah, dia tidak memperhatikan lagi arah pijakannya, sehingga keseimbangannya goyah. Tak bisa menyeimbangkan diri lagi, Basalto pun terperosok jatuh, membentur atap istana beberapa kali, lalu meluncur dengan deras ke bawah tanpa ada yang menghalangi. Tubuhnya pun membentur tanah dengan keras.

---

(bersambung)

pertama kali ditayangkan di blog planet-fiksi.blogspot.com dalam rangka event

#Tantangan100HariMenulisNovelFC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun