Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Sisi Lain Basalto
--------
Mendengar hardikan Ruby, Basalto terkejut setengah mati. Ruby berhasil menembus pertahanan pikirannya. Tinggal masalah waktu saja sebelum dia membeberkan segala sesuatunya.
Basalto pun mengebaskan tangan kirinya dan tiba-tiba ruangan itu dipenuhi kabut tebal berwarna biru kehitaman. Asap itu membuat seluruh ruangan hampir gelap gulita. Dengan cepat Basalto membaca barisan mantra lainnya, sehingga dari tongkat sihirnya melesat cahaya berwarna biru yang menyambar semua perkamen dan kitab sihir dari atas meja. Begitu cahaya itu meredup, seluruh perkamen dan kitab sihir juga sirna.
Penyihir yang lainnya secara spontan membentuk menyelimuti diri mereka dengan energi sihir.
“Ini asap pengecoh, Kawan-kawan. Tidak berbahaya,” seru Ametys.
Basalto menggunakan kesempatan itu untuk segera melarikan diri dalam senyap. Sehingga pada saat kabut tebal memudar, ketiga penyihir kembali terkejut. Bukan saja karena Basalto telah hilang, tetapi juga perkamen serta kitab-kitab sihir pemicu masalah itu.
“Wah, Kawan-kawan. Thores membawa pergi semua mainan-mainannya,” ucap Ametys.
“Apa yang kamu lihat dalam pikiran Thores? Apa yang terjadi?” desak Emerald kepada Ruby.
Ruby berusaha menahan emosinya agar mampu mengendalikan kata-katanya.
“Tidak terlalu jelas sebenarnya, karena Thores mengunci pikirannya rapat-rapat. Tapi di saat-saat terakhir, aku melihat guru… guru sedang sekarat. Entah apa hubungannya, tetapi Thores memandang guru dengan dengan tatapan benci. Aku juga melihat racun yang dituangkan dalam ramuan guru dan guru yang benar-benar kesakitan. Ah, sedih dan marah rasanya. Sekaligus marah. Sejak dulu aku memang curiga, dia ada hubungannya dengan kematian guru. “