Bibir Hur terkatup rapat. Dia sebenarnya punya banyak pertanyaan, tetapi ketakutannya mengalahkan rasa ingin tahunya.
“Tak ada perisai khusus untuk mengunci peti ini. Padahal perisai-perisai yang dipasang di atasnya adalah perisai tingkat tinggi. Pasti mereka berpikir tidak akan ada orang yang begitu serius mencari kembali emas hitam ini.”
Basalto pun mengetuk penutup peti ini dengan pangkal tongkat sihirnya. Tiga kali ketuk, dan penutup peti terbuka ke atas. Sekonyong-konyong endapan energi sihir yang tersimpan lama, menyeruak keluar dari dalam peti dan membumbung tinggi ke angkasa. Energi sihir itu menyerupai asap hitam pekat yang muncul dan menghilang secepat angin.
Wajah Hur memucat. Tapi Basalto tetap nampak tenang. Malah dengan mata berbinar dia memandangi isi peti itu sepuasnya. Banyak gulungan perkamen dan kitab-kitab sihir aneka ukuran sisa-sisa peradaban kaum sihir dari masa lalu.
“Sepertinya ini aneka ilmu sihir hitam,” ucap Hur terbata-bata.
“Ini kekayaan kaum sihir yang harus kita jaga, Hur. Ini kekayaan. Sekarang bantu aku membawanya ke kuda pengangkut.”
*******
(bersambung)
pertama kali ditayangkan di blog planet-fiksi.blogspot.com dalam rangka event
#Tantangan100HariMenulisNovelFC