“Fira belum bilang ya, kalau aku di bagian dokumentasi?”
Anya menggeleng. Dari jauh, dilihatnya Fira dan kawan-kawannya yang lain sedang sibuk memasukkan properti miliki komunitas amal mereka ke dalam mobil. Mereka bekerja ditemani ibu panti. Sesekali mereka tertawa lepas pertanda acara hari ini berjalan sesuai harapan.
Anya saat ini sedang menggandeng seorang anak lelaki berusia 4 tahunan. Tapi bocah itu seperti mengerti situasi orang dewasa di hadapannya, sehingga saat itu dia langsung ngacir dari situ dan bergabung dengan bocah-bocah yang lain.
“Nggak tuh. Terus kenapa baru muncul sekarang?” Anya berusaha menjaga nada suaranya agar tetap terdengar dingin.
Bayu mengangkat bahu.
“Mungkin aku takut kalau muncul duluan mood kamu langsung hilang.”
“Kenapa begitu?”
“Kamu selalu menjauh dariku, bukan?”
Sejenak Anya terdiam. Dia bukan menjauhi Bayu. Mungkin tepatnya menjauhi ketakutannya sendiri.
“Tidak, Bay. Jangan berpikiran begitu. Aku…”
“Kalau begitu tawaran nonton dariku tetap berlaku, ya. Masih ada waktu tiga jam buat bersiap-siap.”