Aku pun memapahnya dan kami berjalan bersama-sama. Dengan kondisi seperti ini, perjalanan ke arah hotel jadi sedikit lambat. Sambil terus bergerak kami bisa melihat situasi semakin tak terkendali. Arek-arek menghambur masuk ke dalam hotel. Terdengar teriakan-teriakan patriotik di sana-sini. Serdadu Jepang pun tidak berdaya mengendalikan gelombang kemarahan itu.
“Ayo, Nak. Lebih cepat….”
Kami semakin mendekat. Darahku mendidih. Bukan karena matahari tetapi karena dibakar semangat yang menggebu-gebu.
Beberapa orang pemuda berhasil naik ke tingkat atas hotel dan buru-buru menurunkan bendera tiga warna itu. Kami semua berteriak memberikan dukungan dari bawah. Tak lama kemudian, bendera yang sama kembali bergerak naik dan berkibar. Tapi kali ini, warna birunya telah hilang, menyisakan merah putih, lambang keberanian dan kemurnian perjuangan kami. Kami semua bersorak gembira.
Aku melihat bulir-bulir bening mengalir dari sudut mata bapak di sampingku.
--------
pertama kali ditayangkan di wall facebook group fiksiana community
dalam rangka event
#BelajarBareng
#LatarCerita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H