Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Basalto Terakhir] Pertanda untuk Emerald

7 Mei 2016   23:22 Diperbarui: 7 Mei 2016   23:34 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emerald berseru terkejut. Namun dia belum mengerti sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Melihat lawannya sudah tidak berdaya lagi, sosok berbaju serba hitam itu pun berlari pergi dari tempat itu menuju ke bagian belakang istana.

Melihat peristiwa itu, Emerald jadi bingung memilih antara menyelamatkan prajuritnya atau mengejar sosok misterius itu.

Akhirnya dia memilih menolong prajurit itu.

“Apa yang terjadi?” serunya sambil berusaha memapah tubuh prajurit yang sedang sekarat itu. Tetapi dia kembali terkejut ketika menyentuh prajurit tersebut. Dia tidak bisa merasakan apapun seperti sedang berusaha menyentuh bayang-bayang.

Emerald tersentak oleh kekuatan besar yang langsung menariknya ke belakang. Kekuatan tersebut menghimpit tubuhnya sehingga dia merasa sangat kesakitan dan hampir kehabisan napas. Celakanya dia seperti tidak punya kekuatan untuk melawan sedikitpun. Semakin kuat dia berusaha memasukkan oksigen ke paru-parunya, semakin besar kekuatan misterius yang menyesakkannya.

Segala penderitaan itu berakhir… ketika dia membuka mata.

Kelamnya malam berganti dengan suasana kamar asri yang diterangi penerangan samar-samar dari sebuah pelita. Aroma sedap malam yang menyusup dari celah-celah jendela kamar membuatnya segera tersedar kalau dia sedang berada di salah satu kamar istana Basalto.

“Mimpi aneh,” batinnya. Dia segera menyapu keningnya yang penuh peluh. Kerongkongannya terasa kering, sehingga dia segera menuang air minum dari dalam kendi ke cangkir dan dihabiskannya sekali teguk.

Setelah itu dia mencoba mencerna mimpi yang baru saja dialaminya. Dia mencoba mengingat kembali setiap detik mimpi yang lamat-lamat mulai meninggalkan kepalanya.

“Mimpi aneh,” batinnya sekali lagi.

-----------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun