Ilustrasi gambar dari: outdoorni.com
Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Gopalagos Berduka
---------
Purnama yang bersinar pucat sedang merajai langit kelam. Sejauh mata memandang, tak nampak satu pun bintang yang meninggalkan cahayanya di sana. Seperti baru saja dibawa badai kosmis entah kemana.
Emerald melangkah terburu-buru di tengah pelukan malam. Kaki telanjangnya menapaki jalan tanah berbatu dengan barisan pinus di kiri dan kanannya. Dia sedang berjalan menuju ke sebuah tempat yang belum terpikirkan, namun dia sepertinya begitu kenal dengan tempat asing itu. Begitu memalingkan wajah dia merasa angin malam dengan yang sejuk tiba-tiba memiliki kekuatan maha besar sehingga menerbangkannya seperti kapas. Tahu-tahu dia sudah berada di tengah-tengah menara istananya sendiri.Â
Udara benar-benar dingin menggigit, sehingga dia segera merapatkan celah-celah mantelnya.
Beberapa dentuman keras tiba-tiba terdengar. Dia mengarahkan pandangannya ke asal suara itu di bawah sana, pada halaman samping istana. Nampak dua orang penyihir sedang bertarung. Yang satu mengenakan perlengkapan prajurit kerajaan sedangkan yang lain mengenakan pakaian hitam-hitam dengan cadar berwarna senada. Sepertinya tak ingin ada orang lain yang mengenalinya.
Keduanya beradu kekuatan sihir dan kegesitan. Dari ujung telapak tangan mereka berdua, melesat energi sihir dalam rupa larik-larik cahaya biru kemerahan seperti cahaya petir. Keduanya saling menghindar dan mengincar tubuh lawannya masing-masing dalam pertarungan jarak dekat. Saat melewatkan sasarannya, larik cahaya sihir tersebut merusak benda apapun yang menghalangi jalannya seperti pepohonan, bebatuan maupun tembok-tembok istana, disertai suara dentuman yang keras.
Angin kembali tiba-tiba menerbangkan tubuh Emerald. Dalam sekejab dia sudah berada di bawah, lebih dekat dengan pertarungan yang sengit antara dua penyihir tersebut.
Dari situ dia bisa melihat beberapa prajurit sudah terkapar tak sadarkan diri. Dia bisa merasakan begitu banyak endapan energi sihir di tempat itu. Pertempuran ini pasti telah berlangsung cukup lama. Prajurit istana yang sedang bertarung pun mulai terlihat kewalahan.
Pada satu kesempatan sosok berpakaian serba hitam berhasil melesatkan energi sihirnya ke dada lawannya. Prajurit yang malang itu pun terpental jauh ke belakang. Sambil berusaha bangkit, prajurit itu meringis menahan sakit. Dari sudut-sudut bibir prajurit tersebut mengalir darah segar.