Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Percakapan Terakhir

2 Mei 2016   16:16 Diperbarui: 2 Mei 2016   18:20 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu tahu bukan, beberapa mantra pada bagian delapan kitab itu sebenarnya adalah mantra paling kejam yang pernah dibuat dalam sejarah kaum sihir. Lagipula, kamu pun masih harus banyak belajar mempertahankan diri kamu sendiri.”

“Guru, kita bisa menyesuaikannya, bukan?”

“Hentikan!” bibir Guru Shandong bergetar menahan amarah. “Jangan biarkan malaikat dan iblis berkompromi dalam diri kamu.”

Pada saat itu tiba-tiba pintu ruangan makan terbuka. Wajah lucu seorang bocah muncul di situ, lalu dia berlari ke arah Guru Shandong.

“Kakek, kok lama sekali?” Daestar memeluk erat-erat kaki Guru Shandong.

“Viona!?” Basalto berseru kepada istrinya yang muncul menyusul di balik pintu.

“Dia memaksa…” istri Basalto menyahut lirih.

Guru Shandong balas memeluk Daestar. Gurat-gurat amarah di wajahnya perlahan sirna. Kehadiran Daestar berhasil mencairkan suasana yang mendadak kaku tersebut.

“Aku telah melihat dengan mata kepala sendiri, banyaknya korban jatuh sia-sia pada masa-masa perang antara manusia dan kaum sihir, Nak. Aku tidak akan memintamu untuk mendengarkan ocehan kakek tua ini,” Guru Shandong mengucapkan kata-kata itu dengan dingin, sambil mengusap-usap rambut Daestar. “…. tapi paling tidak, pertimbangkanlah nasib generasi anak kamu nanti.”

Lalu dia menunduk dan menyapa Daestar.

“Baiklah, Jagoan. Kakek tadi sudah berjanji, jadi harus ditepati. Ayo sekarang kita ke perpustakaan kakek. Kakek punya banyak koleksi mainan di sana. Tapi ingat, kita hanya bermain sampai cahaya lilin habis. Jika sampai waktunya, Daestar harus masuk ke kamar untuk tidur.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun