Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Perpisahan

21 April 2016   08:51 Diperbarui: 21 April 2016   09:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi gambar dari: www.deviantart.com"][/caption]

Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Empedu Naga

 

Pagi-pagi benar, suasana halaman depan padepokan sudah ramai. Kesha, Huria dan Basaman sudah siap dengan perbekalan masing-masing. Mereka telah berpamitan kepada Guru Shandong, para guru dan kawan-kawan murid lainnya, juga pada Thores, kawan karib mereka.

Guru Shandong rupanya telah mempersiapkan keberangkatan mereka dengan baik. Peta perjalanan ke tujuan beserta beberapa keping Raphao dan beberapa bungkus bubuk ramuan telah disiapkan dalam tas kulit untuk masing-masing dari mereka.

Kesha yang memang mengakrabi hewan-hewan raksasa memilih menunggangi salah satu naga yang dipelihara di padepokan untuk mengantarnya sampai ke tujuan. Huria dan Basaman menggunakan hewan yang lebih mudah ditunggangi, er, sejenis burung pemakan buah raksasa yang memang dilatih para kaum sihir untuk tunggangan pada perjalanan jarak jauh. Tempat yang mereka datangi cukup jauh dari padepokan, jadi akan butuh waktu berhari-hari jika menggunakan kuda sebagai tunggangan.

Kesha, Huria dan Basaman yang telah bersedia di atas naga dan er masing-masing pun memberi aba-aba kepada tunggangannya agar segera lepas landas. Saat hewan-hewan tunggangan mengepakkan sayap masing-masing, udara pagi bergemuruh hebat.  Gemuruh udara itu bercampur dengan riuh suara murid-murid lain yang meneriakkan ucapan selamat jalan.

Ketiga hewan terbang itu pun melesat ke angkasa. Di tengah-tengah langit, ketiganya berpencar ke arah yang berbeda. Kesha terbang ke arah selatan, Basaman mengarah lurus ke timur dan Huria ke arah utara.

Guru Shandong yang berdiri bersisian dengan Thores memandang peristiwa tersebut dengan mata berkaca-kaca. Thores sendiri walaupun nampak tegar, air mukanya tidak bisa menyembunyikan rasa kehilangan yang dalam. Bagaimanapun juga ketiga kawannya itu adalah teman seperjuangan menempuh tahun-tahun pendidikan di padepokan.

Seiring matahari yang semakin meninggi, keadaan halaman depan padepokan mulai lengang. Satu per satu guru dan murid masuk kembali ke untuk melanjutkan kegiatan mereka.

Guru Shandong menepuk bahu Thores.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun