“Kami juga akan mempelajari isi kitab itu dengan sungguh-sungguh sesuai pesan Guru,” tutur Basaman.
“…dan mengamalkannya untuk kebenaran semata,” tutur Huria.
“Cukup… cukup, Anak-anakku.”
Keempat murid itu pun menegakkan kembali tubuh mereka.
“Sekali lagi, aku bahagia mendengar kesungguhan kalian.”
Suara gerimis di luar berubah menjadi suara hujan yang mulai menderas. Guru Shandong mesti mengeraskan suaranya untuk mengalahkan derasnya hujan di luar.
“Malam ini pelajaran kita selesai di sini. Sepertinya sebentar lagi hujan bercampur badai akan tiba. Sekarang, kembalilah ke asrama kalian masing-masing. Istirahatlah, Anak-anakku.”
“Sekali lagi terima kasih, Guru, atas kepercayaan Guru kepada kami.”
Thores mewakili kawan-kawannya menyampaikan terima kasih mereka. Setelah itu mereka berpamitan pada Sang Guru.
Jarak pondok dan asrama mereka masih cukup jauh sehingga sebelum meninggalkan pondok Guru Shandong, mereka terlebih dahulu memasang selubung sihir agar tidak tertimpa hujan dalam perjalanan ke asrama nanti.
Setelah keadaan pondok sepi, Guru Shandong menutup peti berisi kitab-kitab sihir itu, memejamkan mata lalu membaca barisan mantra. Ukiran-ukiran kuno di atas penutup peti berpendar-pendar kembali, lalu terdengar suara gemeretak halus beberapa kali pertanda peti telah terkunci dengan sempurna.