Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagianya Diputus Cinta

8 April 2016   21:47 Diperbarui: 8 April 2016   21:55 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.collective-evolution.com"][/caption]Sepanjang perjalanan dari kantor ke rumah, perasaanku tidak enak. Entah mengapa. Mestinya aku bahagia. Tadi big boss memanggilku ke ruangannya dan menanyakan kesiapanku berpindah divisi, sekaligus berpindah level manajemen, setingkat lebih tinggi.

 “Kinerja kamu setahun ini seperti bintang kejora. Bersinar,” ucapnya.

“Siap, bos. Aku coba. Mudah-mudahan tetap bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan,” sahutku.

“Mesti itu artinya kamu harus pindah kota?”

Aku terdiam sejenak. Wajah Mirina langsung terbayang di benakku.

“Iya, bos,” sahutku sambil menjaga agar suaraku tidak bergetar.

 Begitu sampai di rumah aku memberitahu kabar tentang promosiku itu kepada Mirina, kekasihku. Sebenarnya, aku butuh support darinya, agar bisa melangkah dengan plong. Tetapi Mirina justru marah-marah tidak karuan. Mungkin ini yang membuat perasaanku tidak enak sepanjang jalan pulang dari kantor tadi.

Tapi keputusanku sudah bulat. Toh sesekali kami bisa saling berkunjung. Jarak kota kami hanya sejam perjalanan udara jauhnya.

-----

Setahun kemudian.

Hubungan kami semakin hambar. Akhir-akhir ini kami jarang sekali bertukar sapa lewat sosial media , atau saling menelepon seperti yang sering kami lakukan saat aku baru dipindahtugaskan dulu.

Di antara jam-jam lemburku, habit orang-orang finance saban akhir bulan, pesan dari Mirina masuk. Mataku berbinar-binar kembali, lalu cepat-cepat membuka pesan itu.

“Jay, aku capek dengan hubungan kita seperti ini. Aku tidak kuat di-LDR-in lama-lama, Jay. Jadi mungkin kita jalani hidup kita masing-masing saja mulai malam ini. Kita putus. Maaf ya Jay, kalau selama ini sudah membuatmu susah dengan segala keegoisanku.”

That’s it.

Aku diputus cinta hanya lewat pesan sosmed se-simple itu.

Mestinya aku sedih kali ini, tapi… kenapa rasanya aku malah bahagia ya? Rasanya hidup lebih ringan.

Handphone-ku bernyanyi,

“Halo, Ri,” sapaku pada si penelpon.

“Mas Jay lembur lagi, ya? Masih lama, nggak?” terdengar suara merdu Chery, tetangga kontrakanku.

“Iya, nih, Ri. Emang kenapa?”

“Aku baru abis masak Sop Iga nih, Mas. Kalau mau, ntar aku anterin ke kantor Mas Jay. Kebetulan aku sama mbak Sofi mau ke rumah saudara. Tinggalnya di sekitar kantor mas Jay…”

Aku tersenyum. Mungkin inilah yang membuat aku tidak jadi bersedih diputus cinta malam ini.

 

 

--------------

 

Pertama kali ditayangkan di Wall FB Fiksiana Community dalam rangka event

#PutusCintaTerapalah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun