Sambil bercakap-cakap, Guru Shandong memperhatikan murid-muridnya.
Dari antara keempat murid, Thores-lah yang paling keras kepala dan paling memiliki jiwa kepemimpinan. Kendati demikian, Thores adalah murid yang tercerdas di antara mereka.
Kesha, satu-satunya gadis di antara tiga pemuda. Namun itu tidak membuatnya menjadi yang paling lemah. Justru kadang-kadang Kesha menjadi yang paling tangguh dibanding ketiga murid yang lain. Dia juga terlihat cukup menikmati pelajaran mengenai kekayaan flora dan fauna Gopalagos, sehingga Guru Shandong gemar berbagi pengetahuan mengenai ramuan sihir kepadanya.
Kemudian Basaman. Ah, murid ini adalah murid yang paling gemar melucu. Dia tak pernah kehabisan ide untuk membesarkan hati kawan-kawannya pada saat mereka sedang menempuh pelajaran-pelajaran sulit. Basaman adalah seorang ahli pertanian, karena dia dibesarkan di antara petani-petani pada salah satu kerajaan manusia.
Sedangkan Huria, dia adalah murid yang paling tidak banyak bicara. Lebih suka menghabiskan waktu di ruang kontemplasi untuk memuaskan dirinya menikmati literatur-literatur kuno. Dibanding murid yang lain, Huria memiliki bakat khusus dalam ilmu membaca pikiran, salah satu cabang ilmu sihir yang jarang peminatnya karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Guru Shandong menyadari begitu beruntungnya dirinya berhasil menemukan empat mutiara ini diantara ratusan murid yang saat ini sedang menimba ilmu di padepokannya.
“Apa yang membuat Guru nampak bahagia malam ini?” tanya Thores.
Guru Shandong tidak langsung menjawab. Ketiga murid lainnya pun menghentikan obrolan mereka.
Murid-murid tahu kebiasaan gurunya. Guru Shandong jarang sekali mengundang murid atau bahkan guru-guru yang lain untuk makan malam bersamanya. Jika itu terjadi, biasa guru mereka hendak menyampaikan sesuatu yang penting.
Guru Shandong berdehem. "Murid-muridku, senang sekali rasanya memandang kalian seperti ini."
Kesha, Basaman dan Thores saling pandang. Namun Huria nampak serius membaca air muka gurunya.