Aku pun mengeluarkan sebuah cincin perak, meraih jemarimu dan menyematkan cincin itu sambil berkata,
“Maukah…. Maukah kamu menjadi…. Ibu dari anak-anakku?”
Kamu terkejut, tapi mata beningmu tidak bisa menyembunyikan bahagia yang hendak melesak keluar dari dalam hatimu.
“Maukah kamu?”
Kamu memalingkan wajah sambil mengangguk malu-malu.
“Katakan,” sahutmu. “Katakan berapa anak-anak yang kau inginkan dariku?”
Aku tersenyum bahagia, kamu juga.
Lalu tiba-tiba aku merasa pijakanku goyah. Seperti ada angin kencang yang berusaha menghalau tubuhku jatuh.
“Ah, waktunya hampir habis….,” ucapmu.
“Waktu apa?”
Kamu menatapku heran.