Sebenarnya malam ini menunya sederhana saja, roti isi
yang membuatnya luar biasa, isinya…. rindu!
Ya, rindu…!
Membuatku tidak tega mengecapnya, takut rindu itu aku telan dan tak ada lagi yang tersisa.
Namun, tidak mengecapnya berarti membiarkan perutku didera lapar.
Dilema, bukan?
.
Lalu live music café melantukan lagu milik band Republik
“Mana mungkin, selimut tetangga……,”
“Mana mungkin, selimut tetangga……,”
berulang-ulang sampai terdengar satire di telingaku.
.
Ah, aku akan memesan menu lainnya…
Beefburger
Beefburger datang, tapi dagingnya-nya diganti…. rindu!
Kalau begitu Spaghetti saja, sedikit Italy, dan yang penting tidak pakai isi.
Spaghetti datang, tapi sausnya pakai…. rindu!
Kentang goreng datang, tapi sambalnya pakai…. rindu!
Ah, jus buah saja kalau begitu. Tidak pakai isi, saus atau sambal!
Jusnya datang dan sial!….. Gelasnya tetap pakai…. rindu!
.
Lalu aku tersadar, mestinya sejak tadi aku lakukan untuk membunuh rindu tanpa menghabisinya.
Telepon….
Itu dia!
.
Sial! Nomor kamu tidak aktif….
.
Jadilah aku,
disini
sendiri….
ditemani roti isi…. rindu
________________________________
Makassar, 9 Februari 2016
ilustrasi gambar dari: www.cookistry.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H