Malam 31 Desember. Waktu baru menyentuh angka sepuluh, tapi kembang api sudah menggelegar dan menerangi langit. Nindi membiarkan angin malam membawanya menyusuri pertokoan di jalan Boulevard. Selalu ada kilatan-kilatan memori yang melesak tiap kali dia mendekap penghujung tahun seperti ini.
Rio memandang jam dinding lalu tamu toko kuenya, sepasang muda-mudi yang lagi kasmaran di pojok gerai. Brownies tiramisu di atas meja mereka belum tandas.
Memang malam ini tokonya akan tutup lebih lambat, seperti pergantian tahun sebelumnya. Tapi entah mengapa, hati kecilnya ingin segera beranjak dari situ. Seperti ingin larut dalam euforia di luar sana.
Dari luar, Nindi memandang lurus menembus dinding kaca.
Rio terhenyak. Dia buru-buru meninggalkan counter lalu membuka pintu tokonya. Dia seperti….. melihat seseorang di luar sana.
“Tidak mungkin….,” batin Rio. “Sudah tiga tahun lalu….”
Nindi menatap getir, lalu menghitung kembali momentum. Benar, sudah tiga kali pergantian tahun dia lewati dalam kehampaan. Malam naas itu, malam pergantian tahun, seorang pengemudi mobil mabuk menyerempetnya. Nindi hanya bertahan tiga jam di UGD sebelum meninggalkan Rio untuk selamanya. Padahal mereka baru sebulan bertunangan.
Nindi pun melanjutkan langkahnya, membiarkan angin malam kali ini membawanya ke tempat yang lebih abadi.
Rio tiba-tiba mengendus aroma jasmine, air matanya pun luruh. Ini parfum favorit Nindi.
_________________________________________
ilustrasi gambar dari: www.bu.edu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H