Â
Teringat langit biru masa lalu,
saat udara masih menebarkan senandung dari kalbu.
Tak lagi kini
hampir pudar dihempas tarian api.
.
Langit biru masa lalu,
hadirkan pagi sejuk, hantarkan embun pembawa rindu.
Sayang, tak lagi kini
hampir sirna dihela kabut tak bertepi.
.
Kawan,
Ceritakan lagi tentang cakrawalamu,
juga oksigen, embun dan burung camar yang menari-nari di langit birumu.
.
Hibur,
hiburlah kami yang berkalang nestapa
di balik masker kehidupan, mengintip kematian yang datang bersama udara berduri. Â
.
Kami sedang berperang melawan egosentris dan jarak pandang.
Tinggal buah pena yang berbicara
bibir dan lidah telah mengering, jauh sebelum lahan gambut mengibarkan asap gentayang
.
Langit biru masa lalu,
hadirlah, atapi negeri kami lagi
Â
Â
________________________________________
Â
ilustrasi gambar dari:Â woylie.deviantart.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H