Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Karena Kompasiana, Saya Tambah "Pinter" Menulis

3 Oktober 2015   14:56 Diperbarui: 3 Oktober 2015   14:56 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum bergabung dengan Kompasiana, saya sudah pernah memiliki dua blog pribadi. Blog perdana adalah pical.blogdetik.com. Blog tersebut masih aktif tapi sudah tidak bisa diakses lagi karena lupa sama sekali password dan akun id-nya. Lalu kemudian saya membuat satu blog lagi, picalg.blogspot.com yang masih aktif sampai sekarang.

Jadi sebenarnya sejak awal saya sudah hobi pada dunia tulis menulis. Mungkin keterampilan ini juga yang membuat saya sejak awal berkarir di Credit Union ditempatkan di bagian Pendidikan dan  Pelatihan (Diklat). Selain bertugas mengorganisir kegiatan-kegiatan pelatihan kepada anggota maupun pengelola Credit Union, bagian diklat juga  bertanggungjawab melakukan sosialisasi kegiatan, mengemas materi dan sesekali melakukan evaluasi. Semua itu tidak jauh-jauh dari keterampilan menuangkan isi kepala ke dalam monitor.

Promosi jabatan pada bidang yang sama membuat kepiawaian menulis harus lebih diperdalam lagi. Berada pada jabatan  “dapur produksi” membuat saya mesti bertanggungjawab pada analisis kebutuhan pelatihan, merancang modul-modul sampai evaluasi pelatihan dan pendidikan Credit Union kami. Saya juga harus mulai pandai mengemas dinamika penulisan. Menggunakan bahasa yang formal dengan struktur yang kaku pada saat merumuskan modul maupun panduan-panduan di bidang diklat sampai menggunakan bahasa yang bebas fleksibel, malah kadang pakai “bahasa pasar” jika menuangkan modul ke dalam poin-poin presentasi, khususnya untuk beberapa pelatihan anggota.

Kemudian saya berkenalan dengan Kompasiana pada bulan Januari 2013. Awalnya iseng meng-klik sebuah tautan yang kemudian menggiring masuk ke dalam artikel opini milik salah satu Kompasianer. (sayang sekali sudah lupa nama Kompasianer-nya). Usai membaca artikel tersebut, saya menyambung penelusuran saya ke beranda. Saya pun terbengong-bengong, mirip orang udik yang sehari-harinya tinggal di rumah kecil tiba-tiba disuruh keluyuran di Istana Presiden. Kesimpulan pertama saya waktu itu, ini sejenis forum  yang sedikit “lebih canggih” tempat penulis menayangkan isi kepalanya.

Saya pun mendaftar menjadi salah satu Kompasianer, sekalipun setelah itu dua bulan lamanya saya hanya jadi silent reader sembari mengamati dinamika Kompasiana. Setelah dua bulan itu, saya memberanikan diri menayangkan satu tulisan. Tulisan perdana saya di Kompasiana adalah sebuah puisi berjudul “Selamat Pagi Matahariku”. Waktu itu, pembacanya hanya beberapa tanpa satupun komentar atau vote, dan memang saya tidak berharap besar pada tulisan seorang pemula seperti itu. Dapat view admin saja saya sudah senang luar biasa. (Saya cek kembali  sampai hari ini sudah 144 view dengan tetap nol komentar dan vote)

Ah, mempubllish artikel ternyata seperti itu sensasinya, batin saya. Sangat berbeda dengan menayangkan tulisan pada blog pribadi yang minim pembaca. Karena menyenangkan, saya pun mulai mengirim tulisan kedua. Lalu ketiga, keempat dan seterusnya, sampai hari ini.

Berdasarkan statistik di profil Kompasiana, saya telah menayangkan 486 artikel dengan jumlah view 162.462, 3.000 komentar dan 3.249 rating. Dibandingkan dengan banyak Kompasianer lain mungkin belum ada apa-apanya. Tapi bagi saya pribadi, berkarya di antara kumpulan penulis hebat dan berkarakter adalah sebuah prestasi luar biasa.

Seiring “jam terbang” menulis di Kompasiana, kepiawaian merangkai kata pun semakin terasah. Skill ini sangat membantu pekerjaan saya sehari-hari. Waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan tugas-tugas seperti pembuatan modul, panduan dan tugas lainnya yang berhubungan dengan tulis menulis jadi lebih singkat.  Wawasan untuk memperkaya tulisan saya juga  banyak yang bersumber dari “rumah bersama” kita ini.

Apalagi belakangan ini saya juga mulai diminta untuk ikut menulis artikel-artikel pada media internal dalam jaringan Credit Union kami. Senang rasanya bisa berbagi ide dan pikiran kepada orang-orang di belahan Indonesia lain lewat media seperti majalah atau buletin internal kami, sekalipun ruang lingkupnya tidak seluas media on-line seperti  Kompasiana. Salah satu contoh artikel saya yang dimuat pada majalah Solusi Cerdas (majalah internal jaringan Puskopdit BKCU Kalimantan), saya jadikan ilustrasi artikel ini.  

Jadi bakat menulis saya yang semakin terasah, adalah berkah setelah bergabung dalam komunitas Kompasiana. Mudah-mudahan menyongsong anniversary-nya yang ketujuh, Kompasiana semakin sukses menjadi acuan utama jurnalisme warga di Indonesia dan dunia. Masalah pasti selalu ada, mulai dari Kompasianer yang bandel, infrastruktur IT yang kadang ngadat sampai masalah menyangkut hukum, seperti yang belum lama ini terjadi. Namun kita percaya, dengan pendampingan Kang Pepih dan kru yang tetap setia mengawal “rumah bersama” ini, ditambah dukungan rekan-rekan Kompasianer sekalian, Kompasiana  tetap berjaya.

Salam Kompasiana. (PG)

 

___________________________________-

ilustrasi gambar: dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun