Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jejak-jejak Demon

8 September 2015   13:18 Diperbarui: 29 Mei 2020   19:43 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi Arnold kelihatan tidak peduli. 

“Aku langsung saja, Brutus. Skenario akan sedikit diubah. Kamu harus menghilang sekitar dua minggu lagi…”

Pria bernama Brutus itu menghentikan kunyahannya. Lalu mendelik kasar.

“Kamu membohongiku lagi, Arnold!” serunya.

“Tidak masalah, kan? Mestinya kamu bersyukur bisa menghirup udara bebas sekian lama. Aku masih ingin mempermainkan perasaan Ernest. Senang rasanya bisa melihat wajah pejabat yang suka pencitraan saat kebingungan seperti ini. Di Kepolisian pusat juga sedang terjadi mutasi. Aku belum tahu siapa yang nanti jadi atasan langsung-ku...,”

“Persetan dengan perjalanan karirmu! Aku lebih senang tinggal di penjara dibanding di apartemen pengap ini. Sesuai perjanjian, skenario penangkapan harus terjadi besok. Jika tidak….”

“Kamu mengancamku, Brutus…!” potong Arnold. Lalu meletakkan selembar foto ke atas meja. Itu gambar seorang nenek renta yang sedang mencuatkan senyum manis di antara gagang kacamata dan kerutan wajahnya.

“Lihat, betapa manisnya wanita tua ini,”

Brutus terdiam seketika.

“Ini foto yang diambil sesaat setelah dia menerima hadiah syal rajutan dan parsel berisi susu kalsium. Aku bisa membuatnya kembali tersenyum seperti ini jika kamu bersedia menunggu dua minggu lagi sebelum penangkapan…,”  

“Nenek memang suka dengan syal rajutan…,” ucap Brutus lirih dengan mata berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun