Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Uang Panas

23 Agustus 2015   21:11 Diperbarui: 23 Agustus 2015   21:11 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarya bos besar kami cukup akrab dengan Badar. Kami sebagai para “cecunguk” pun saling kenal. Seringkali kami berpapasan di jalanan. Namun masing-masing tetap saling menghormati, saling menghargai wilayah kerja. Namun segala kemungkinan memang bisa terjadi dalam bisnis narkotika. Musuh bisa jadi partner bisnis, saudara bisa berbalik jadi saling menikam.

******

Tapi ah, persetan, aku harus secepatnya turun ke bawah, dua lantai dan…. tidak boleh lewat lift. Uang ini harus selamat sampai ke Bang Rizal.

Bel tanda pintu lift terbuka berbunyi, sesaat setelah aku menuruni tangga yang berada di samping lift. Aku yakin itu orang-orang Badar, karena begitu pintu lift terbuka, suasana di atas langsung riuh rendah, penuh umpatan dan perkataan kasar.

Dua lantai telah dilewati dengan aman. Aku mengedarkan pandangan, mencari pintu keluar sebelah timur seperti yang dipesan bang Rizal via telepon tadi.

Seringkali insting akan bahaya-ku bekerja baik, namun kali ini sepertinya tidak. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba aku merasa logam menempel di tengkukku. Berbentuk silinder, dan… dingin.

 “Serahkan uangnya sekarang,” suara berat terdengar pelan dari belakang. Aku familiar dengan suara itu, suara Badar. Dia ternyata sejak tadi menunggu di bawah dengan mode stealth.

Aku tidak mau bermain-main dengan kematianku sendiri. Aku pun menjatuhkan pelan-pelan tas kulit yang aku sandang di bahu.

DORRR…!!!!

Suara keras menggelegar mengejutkanku. Apa aku sudah berada di akhirat? Salah! Badar terduduk lemas lalu terjatuh ambruk. Kepalanya bersimbah darah. Sepertinya sebuah peluru telah bersarang disana.

“Ayo jalan sekarang….!! Sebelum Polisi bermunculan…,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun