Senior melotot , seolah menembus pandang, mencari jantung-jantung berdegup kencang.
kaki menendang, pantat empuk yunior meradang
siapa yang senang?
.
Senior bak kompeni petugas penjara, merasa jadi monopolis kapitalisasi atas tiap hela nafas Yunior
Pasang badan seperti mandor
lalu Yunior jadi budak belian, mandi matahari dan ampas telor
.
Senior membentak, teriakkan amarah terselip serapah
sesekali menuding dan menyumpah, tak ubahnya menginjak sampah
Yunior tenggelam disesak gelisah.
.
Senior-senior mungkin lupa,
mereka beranjak mengenakan “status terhormat” itu karena yunior-yunior mengganti tempatnya.
.
Tapi mereka pasti tak lupa,
saat Senior bengis
Yunior meringis,
Senior lalim, Yunior tetap takzim
Senior bisa makan enak pagi-pagi dibekali Yunior tercinta,
Yunior menahan lapar, atau makan bogem mentah.
.
Senior berlagak jadi setan
Yunior pun….
.
pingsan….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H