Mungkin kompasianer sekalian masih ingat pelajaran sekolah dulu. Garis batas antara masa Pra-Sejarah dan Sejarah adalah simbol-simbol visual yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita kemudian mengenalnya sebagai aksara yang berkembang menjadi tulisan. Jadi dengan demikian, perihal tulis menulis itu bisa kita analogikan seperti ini. Manusia yang mulai membuat tulisan, berarti telah meninggalkan masa “pra-sejarah” memasuki masa “sejarah”-nya. Menurut saya, sesederhana apapun tulisan kita, saat kita sudah menayangkannya kepada dunia, kita telah ikut menorehkan sejarah.
Saya salut dengan rekan-rekan Kompasianer yang dengan tekun dan gigih terus berbagi pemikiran melalui artikel yang ditayangkan. Mungkin pada awalnya kita hanya berusaha memindahkan isi kepala kita dari sebuah konsep menjadi bentuk yang konkrit tanpa banyak tendensi. Namun kita tidak pernah tahu suatu saat tulisan kita tersebut sampai kepada pembaca yang tepat dan hidupnya bisa berubah menjadi lebih baik setelah membaca tulisan kita.
Atau bisa jadi juga sebaliknya. Ada orang-orang yang jatuh tersungkur, karena “tertikam” oleh pemikiran yang kita tuangkan lewat tulisan.
Dengan menulis kita telah menempuh salah satu cara untuk memaknai hidup kita. Jadi sadar atau tak sadar, sebenarnya kita sedang menjawab pertanyaan, apa tujuan hidup kita, dengan aktualisasi diri lewat tulisan-tulisan yang kita hasilkan.
Mudah-mudahan permenungan sederhana ini bisa semakin membuat kita melihat lebih jernih, apa sebenarnya yang kita tuju setiap kali kita mengetik huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, tulisan demi tulisan. (PG)
____________________
ilustrasi gambar dari: www.socialsciencespace.com