Gadis itu mengulas bibir dengan gincu merah jambu, biar kekasih hati malu-malu terpana.
Habiskan waktu malam ini, mumpung penanggalan esok merah merona, semerah hati yang sedang dilanda asmara.
Menunggu, gadis menunggu sang kekasih, merapikan sekali lagi dandanan eye shadow biru
tak mau sedetik pun pandangan kekasih hati berlalu.
.
Kemudian sepasang orang muda itu pun berburu momentum bersama angin pantai yang dihempas samudra.
Tangan kanan malam menggigilkan kulit dan jantung mereka
namun dengan nakal tangan kirinya membangkitkan id dari tidur panjangnya, menghangatkan hasrat gelora jiwa.
.
Sudah, katakan saja isi hati pada kekasih hati,
atau dia akan pulang membawa gundah ke alam mimpi.
Usah risau, semesta pun tidak sabar menanti
bunga-bunga cinta yang sedang mekar pantang dikuncupkan kembali.
.
Selalu ada manisan yang dibawa malam untuk mereka yang sedang dilanda cinta
cukup untuk membuat mereka mabuk,
dan menungkapkan isi hati tanpa intervensi otak kiri
juga selalu cukup untuk membuat mereka mabuk,
tertatih
dan tersungkur
.
Di balik wastafel abu-abu
Gadis itu kini mengisak pilu, menghapus gincu merah jambu, mengelap peluh dan dosa, membasuh eye shadow biru
Entah mengapa, malam minggu yang tadinya merah jambu berubah jadi kelam kelabu.
Getir dan malu menjadi satu.
.
Tak ada lagi gadis belia suci.
Purnama telah mengubahnya jadi wanita dewasa setelah mengecup indah dan nistanya asmara. Â
Â
____________________________________
Â
ilustrasi gambar dari:Â beautyandthecat.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H