Lin cepat-cepat berpaling dari jendela tersebut. Ditatapnya bingkai jendela lain di sisi dinding yang berseberangan. Pemandangan disitu lebih mengerikan. Lin bisa melihat puluhan tubuh manusia tergeletak di atas tanah berlumpur. Tubuh-tubuh semula diam tak bergeming, lalu bergerak-gerak, merangkak dan merayap ke arah jendela. Wajah-wajah mereka benar-benar mengerikan, hidung yang tak bercuping, mata tanpa bola mata, bibir terkelupas sehingga menyingkap gigi-gigi yang menghitam.
Lin berseru histeris lalu cepat-cepat berlari naik kembali ke lantai dua. Napasnya tersengal-sengal.
Sampai di atas dia melihat pemandangan lainnya yang membuatnya kembali terpaku. Tetapi kali ini, entah mengapa, dia merasa begitu damai. Di hadapannya seorang wanita cantik mengenakan gaun panjang putih berkilauan, tersenyum manis ke arahnya.
“Anakku sayang, kenapa kamu begitu ketakutan?” sapanya ramah.
Lin seperti mendapat kekuatannya kembali mendengar ketulusan yang terpancar dari suara wanita itu.
“Banyak orang jahat yang datang, tante! Lin,… Lin takut…”
Wanita itu mengelus rambut Lin.
“Lin sekarang tidak perlu takut, tante akan membawa kamu pergi jauh dari orang-orang jahat itu.”
Lin mengernyitkan keningnya.
“Tante ini….. ibu peri, ya? Tante tinggal dimana?” tanyanya polos.
“Mm… kamu boleh panggil seperti itu. Tante tinggal tidak jauh dari sini kok, tapi disana tidak ada orang jahat. Yang ada hanya orang-orang baik seperti Lin…. Lin mau ya ikut tante?”