Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Pasar Senin Messawa

16 Maret 2015   17:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:34 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara dingin menggigit, nyaris membekukan tulang dan sendi. Tapi hawa pagi ini tidak menghalangi langkah kaki menyusuri pasar rakyat Messawa, Sulawesi Barat. Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja, karena pasar di tempat ini hanya berlangsung seminggu sekali, setiap Senin. Hari-hari berikutnya pasar digilir di beberapa desa sekitar Messawa. Itu pun durasi pasarnya tidak berlangsung sepanjang hari, hanya beberapa jam saja.

Jadi mumpung berada di kota sejuk ini, tidak ada salahnya berkunjung dan berbaur bersama penduduk dan aktivitas jual-belinya. Siapa tahu ada jualan yang menarik minat.

Waktu menunjukKan pukul tujuh pagi lewat sedikit. Kendati masih sepi, sudah nampak geliat perputaran uang masyarakat. Mobil-mobil tua bertipe pick up dan colt yang digunakan para pedagang untuk memuat dagangan sudah terparkir di tepi jalan poros Polewali-Mamasa, di luar kompleks pasar. Lebih jauh ke dalam pasar, sejumlah pedagang mulai menggelar jualannya, sementara itu satu dua pembeli mulai bermunculan.

[caption id="attachment_403240" align="aligncenter" width="448" caption="Mobil pengangkut barang dagangan berlatar pasar dan bebukitan. Gambar: Dokpri"][/caption]

[caption id="attachment_403241" align="aligncenter" width="448" caption="Aktivitas pedagang di awal hari pasar. Gambar: dokpri."]

14265026992135818431
14265026992135818431
[/caption]

Areal pasar rakyat ini terbentuk memanjang di sebelah timur jalan poros. Panjang lokasi pasar kurang lebih seratusan meter, lalu melebar ke arah timur sepanjang beberapa blok los pedagang, perkiraan saya  50-60 meter lebarnya.

Seperti pasar rakyat pada umumnya, pasar ini juga dipetakan menurut jenis dagangan di dalamnya. Deretan paling depan diisi oleh beberapa warung makan, beberapa pedagang barang campuran dan lapak pedagang makanan kecil. Di bagian tengah terdapat lapak-lapak yang lebih bervariasi lagi, mulai dari barang campuran, pakaian, peralatan rumah tangga, sembako, perkakas logam, perkakas plastik, lapak aksesoris, toko kaset dan lain-lain. Deretan paling timur dikhususkan untuk mereka yang menjajakan keperluan dapur seperti sayur mayur, beras, tepung, pedagang ikan basah maupun kering. Beberapa los lainnya masih kelihatan tertutup rapat.

[caption id="attachment_403244" align="aligncenter" width="448" caption="Masih sepi karena pedagangnya belum sampai. Gambar: dokpri"]

14265027991743478779
14265027991743478779
[/caption]

Saya mengekor saja di belakang seorang kawan yang lebih hafal daerah sini. Tujuan utama kedatangan kami memang untuk membeli lauk pauk dan isi dapur yang diperkirakan cukup untuk seminggu ke depan.

Maka tempat yang paling pertama didatangi adalah lokasi penjual ikan yang terletak di arah timur laut pasar. Suasana tawar-menawar di pagi hari yang dingin itu jadi lebih hangat dengan iringan lagu Cita Citata dari speaker toko kaset tak jauh dari situ. Messawa terletak di dataran tinggi, sehingga ikan-ikan laut yang beredar di pasar ini didatangkan dari arah Kota Polewali yang memang berada di bibir laut. Oleh karena jarak ke laut yang lumayan jauh, cukup banyak kita temukan penjual ikan asin di pasar ini. Kendati demikian, kami beruntung pagi itu kami bisa membeli ikan dengan harga yang relatif murah. Kawan saya mendapat ikan tembang segar, (masih satu keluarga dengan ikan sarden) seplastik penuh hanya dengan membayar Rp 10.000,-.

Setelah itu kami beranjak ke penjual sayur-mayur. Berbeda dengan lapak pedagang kain atau bahan-bahan sembako, saya lihat pedagang sayur di sini tidak menempati los khusus yang biasa disewakan. Mereka menggelar tikar dan etalase kayu seadanya, untuk menjajakan sayur mereka. Jika ikan mesti didatangkan jauh-jauh, untuk sayuran tidak perlu khawatir. Desa-desa di sekitar Messawa terkenal karena tanahnya yang subur, sehingga sebagian besar pedagang sayur disini adalah petani sayurnya langsung. Pedagang sayur tangan kedua dan ketiga biasa beroperasi di luar hari pasar, keliling kampung menggunakan sepeda motor. Karena membeli langsung dari orang pertama, harga sayurnya juga jadi lebih murah. Misalnya sayur kangkung hanya dibanderol Rp 5.000, per ikat, dan ikatannya super besar. Jika dibandingkan dengan harga di Makassar, untuk sayuran dengan volume yang sama bisa keluar uang Rp 10.000,- bahkan bisa lebih.

[caption id="attachment_403246" align="aligncenter" width="448" caption="Adegan tawar menawar di salah satu lapak. Gambar: dokpri"]

14265029542142757676
14265029542142757676
[/caption]

[caption id="attachment_403248" align="aligncenter" width="448" caption="Tidak lupa membeli jajanan dan kopi hitam bubuk. Gambar: dokpri"]

1426503033678304165
1426503033678304165
[/caption]

[caption id="attachment_403251" align="aligncenter" width="448" caption="Butik ala pasar rakyat. Gambar: dokpri"]

1426503130426340129
1426503130426340129
[/caption]

Nah, setelah mata belanja utama terpenuhi, agenda berikutnya adalah belanja lain-lain. Kami menyempatkan diri mampir dan “mengacak-acak” jualan pedagang pakaian, penjual jajanan dan gorengan, tak lupa juga mampir di penjual kopi hitam bubuk. Kebetulan ada kawan dari Makassar yang menitip duit Rp 100.000,- untuk membeli kopi bubuk dari Messawa. Memang tak afdol rasanya ke daerah ini tanpa membawa pulang kopi hitam. Sebagai informasi, suguhan utama masyarakat Messawa dan sekitarnya pada tamu-tamu yang berkunjung adalah kopi hitam. Mirip-mirip dengan sambutan tuan rumah jika kita berkunjung ke Toraja.

Setelah shopping hampir sejam lamanya, kami pun meninggalkan pasar rakyat tersebut.

Pedagang yang memenuhi pasar sebagian besar adalah penduduk setempat dan desa-desa sekitarnya. Ada juga satu dua pendatang dari luar daerah, seperti perantau-perantau Bugis. Pada umumnya mereka berdagang pakaian dan kain.

Sebagian pedagang adalah pedagang nomaden yang menjajakan jualannya mengikuti hari pasar. Sebagian lainnya adalah pedagang yang menetap, jadi jualannya hanya setiap Senin saja. Tetapi ada pula beberapa yang tetap membuka lapaknya di hari-hari lain, terutama yang lapaknya tepat berada di depan jalan poros. Walau tak seramai hari pasar, lumayan kalau ada yang kebetulan lewat dan singgah belanja. Bisa menambah-nambah omset.

Messawa adalah ibu kota kecamatan dengan nama yang sama, terletak kurang lebih 270 Km ke sebelah utara Makassar. Untuk mencapai kota ini dari Makassar kita mesti melewati Polewali, ibu kota Kabupaten Polman. Dari Polewali sebenarnya jarak tempuhnya tak sampai 60 Km, tapi perjalanan dari Polewali bisa menghabiskan waktu 3-4 jam karena medan yang berkelok-kelok dan banyak ruas jalan yang rusak berat. Keadaan ini sudah terjadi bertahun-tahun, padahal jalan tersebut adalah jalan provinsi. Sayang sebenarnya, karena Kecamatan Messawa memiliki banyak potensi sumber daya alam. Jika sarana transportasi bisa dibenahi, saya yakin aktivitas ekonomi dan produktivitas masyarakat di daerah ini juga bisa ditingkatkan lagi. (PG)

[caption id="attachment_403253" align="aligncenter" width="448" caption="Sebelum beranjak pulang, tak lupa menjepret jalan poros Polewali-Mamasa berlatar bukit dan kabut. Gambar: dokpri"]

14265031961939618428
14265031961939618428
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun