Memet seorang tukang ojek diundang salah satu NGO untuk mengikuti pelatihan “Pengurangan Resiko Bencana”. Dia dinilai potensial oleh panitia sehingga diikutkan pada pelatihan tersebut.
Dengan wajah sumringah karena bahagia Memet mengikuti sesi demi sesi pelatihan yang berlangsung selama tiga hari. Usai pelatihan, dia dengan bangga bercerita kepada kawan-kawannya sesama wong cilik sembari memamerkan sertifikat pelatihannya. Dia bercerita tentang kawan-kawan barunya selama pelatihan, materi pelatihan yang bermanfaat termasuk kehebatan fasilitatornya. Dia membanding-bandingkan fasilitator pelatihan dengan Mario Teguh yang mampu memberi motivasi-motivasi berharga kepada peserta. Salah satu kawan yang setia mendengarkan adalah Parjo seorang kuli pikul di pelabuhan setempat.
Selama Memet berceloteh, Parjo ikut manggut-manggut, entah karena ngerti atau karena ngantuk. Begitu kawan-kawan yang lain pada bubar, Parjo mendekati Memet sambil mesam-mesem
“Bro, kamu beruntung ya diundang ikut pelatihan itu. Tapi... bro, saya bingung nih!”
“Bingung apa, bro?” tanya Memet.
“Saya sering denger kata motivasi itu, tapi sampe sekarang saya blom tahu artinya, bro,” sahut Parjo malu-malu.
“Ooh..., itu. Motivasi itu apa ya? Motivasi itu semacam dorongan agar kita lebih bagus dari sebelumnya baik itu dalam pikiran, perkatan atau perbuatan, bro. Begitu..,”
Parjo garuk-garuk jidat pertanda belum bisa mencerna betul penjelasan kawannya.
“Mm... jadi kesimpulannya motivasi itu apa?” tanyanya lagi.
Memet maklum, IQ kawannya memang hampir jongkok jadi tidak boleh kasih bahasa yang “berat”. Jadi Memet menimpali lagi.
“Kesimpulannya motivasi itu dorongan!”
Parjo manggut-manggut lagi sambil merekam baik-baik jawaban Memet.
******************
Keesokan siangnya seperti biasa, Parjo sudah sibuk di dermaga kota bersama belasan rekan seperjuangannya. Mereka tidak peduli udara panas menyengat kulit. Kelihatannya mereka sibuk memindahkan karung-karung berisi terigu dari geladak sebuah kapal kayu ke atas sebuah mobil pick up hitam yang diparkir di tepi dermaga. Parjo dan kawan-kawannya hilir mudik dari tepi mobil ke dalam kapal seperti semut merah lagi gotong royong mengangkat remah roti.
Tiba-tiba salah satu kawan Parjo menjatuhkan karungnya terigunya di tengah tangga kapal. Untunglah ketinggian geladak kapal dan dermaga hampir sama, sehingga posisi tangganya datar saja. Kawan Parjo itu lalu mencoba mengangkat kembali karung terigunya. Kuli yang lain dibelakangnya terpaksa berhenti karena lebar tangganya tak seberapa. Otomatis antrian jadi mandek, seperti antrian mobil di jalan yang macet.
Tiba-tiba terdengar suara “Byurr!!!”
Orang-orang terkejut, ada orang jatuh. Siapakah orang beruntung eh, yang malang itu? Rupanya si Parjo. Dengan susah payah dia berenang ke tangga dermaga yang hampir setengahnya ditumbuhi kerang-kerang kecil dan lumut. Begitu naik kembali ke atas dermaga, kawan-kawannya mengerubuti untuk memastikan dia tidak kenapa-kenapa.
Tapi Parjo sudah terlanjur marah. Wajahnya merah memandangi satu per satu kawannya.
“Ayo ngaku!!!!” teriaknya.
“Siapa yang tadi motivasi saya??!!!”
******************
Salam Ngakak!! (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H