[caption id="attachment_405068" align="aligncenter" width="546" caption="Bambang Brodjonegoro. Gambar dari: kompas.com"][/caption]
Sosok BambangPermadi Soemantri Brodjonegoro, termasuk menteri yang jarang tampil di depan media. Â Karakter analitik dan pemikir nampak jelas terlihat dari balik kacamata yang selalu menghias wajahnya. Setelah terpilih menjadi Presiden ke-tujuh RI, Jokowi mengatrol Bambang dari posisinya sebagai wakil Menteri Keuangan menjadi Menteri Keuangan Kabinet Kerja. Saat itu keadaan perekonomian tidak bisa disebut bagus. Utang luar negeri yang besar dan defisit anggaran yang menghadang program kerja pemerintahan baru harus dipikirkan. Memang Bambang sudah berkecimpung dalam masalah-masalah tersebut sebelumnya, namun kali ini dia menduduki kursi nomor satu di Kementerian Keuangan. Tentu tantangannya berbeda.
Langkah pertama yang ditempuh adalah memperkuat sumber pendapatan negara. Bambang langsung membidik sektor perpajakan. Kendati target penerimaan pajak pada tahun 2014 lalu tidak tercapai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi pasca kejatuhan harga CPO di pasar dunia, Bambang optimis pada tahun 2015 ini penerimaan pajak bisa lebih prima. Sejumlah reformasi dalam dunia perpajakan pun dilakukan. Antara lain, regenerasi pejabat teras yang mengurusi perpajakan, reformasi tata kelola dan membenahi regulasi perpajakan.
Masih segar pula di ingatan kita, saat tim keuangan mengambil suatu langkah yang berani, yaitu memangkas subsidi BBM penghujung tahun lalu. Kebijakan keuangan yang dianggap tidak populis ini menjadi batu sandungan pertama bagi pemerintahan baru. Kritik bertubi-tubi pun ditimpakan kepada Presiden baru, baik yang dikemas dalam bentuk analisis tajam dari para ahli sampai sumpah serapah ala rakyat jelata.
Beberapa bulan kemudian, kebijakan tidak populis itu ternyata menjadi salah satu indikator kunci yang membuat Bambang Brodjonegoro mendapat penghargaan sebagai salah satu Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik dari FinanceAsia, salah satu publisher ekonomi dan pasar modal terkemuka Asia.
Website kemenkeu.go.id merilis berita tersebut kemarin (23/3) yang langsung di-broadcast oleh portal berita ternama tanah air seperti kompas.com, liputan6.com dan lain-lain.
Penghargaan ini dianugerahkan FinanceAsia setelah melibatkan sejumlah peneliti dan ekonom internasional untuk menelisik rekam jejak para menteri keuangan se-Asia Pasifik dan mempelajari sejauh mana peran mereka menata kebijakan keadaan fiskal dan moneter. Â Hal-hal lainnya yang mendapat penilaian adalah bagaimana strategi mereka mengembangkan pasar modal, membangun relasi dengan investor dan reformasi kebijakan keuangan untuk mempertahankan dan membangun pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Penataan keadaan ekonomi dalam negeri ini menjadi kontribusi mereka pada tantangan ekonomi global yang sedang dihadapi kawasan. Masalah tersebut antara lain utang luar negeri yang menumpuk dan tekanan deflasi akibat penurunan harga minyak. FinanceAsia pada website-nya merilis berita mengenai akumulasi utang global yang meningkat sebesar 57 triliun dolar selama tujuh tahun terakhir pasca krisis moneter tahun 2008.
Jika tidak diwaspadai, utang yang terus membengkak ini bisa kembali memicu badai krisis serupa. Masalah global ini bisa dikurangi jika pemerintah setiap negara mampu mengelola utang luar negeri dengan baik dan memicu pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Walaupun baru empat bulan menjadi menteri keuangan, Bambang Brodjonegoro dipandang mampu mengendalikan keadaan keuangan dalam negeri. Diawali dengan langkah berani memangkas subsidi BBM sehingga pemerintahan mampu menghemat sekitar 8 juta dolar yang dapat dapat digunakan untuk belanja infrastruktur. Kemudian Bambang juga mampu menurunkan rasio utang terhadap GDP kendati terjadi perlambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas pada sektor energi.
Pada peringkat yang dikeluarkan FinanceAsia, Bambang berada di peringkat kedua dibawah Cesar Purisima, Menteri Keuangan Filipina kemudian pada peringkat ketiga diikuti oleh Choi Kyung-hwan, menteri keuangan Republik Korea. Peringkat selengkapnya dapat dilihat pada link FinanceAsia yang saya lampirkan di bawah artikel. (PG)
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H