Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Enakan Mana, Copy Paste atau Salin Tempel?

13 Mei 2013   12:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:39 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang beberapa teman kantor meminta bantuan saya untuk menemukan aplikasi tertentu atau mengeset beberapa fitur pada gadget mereka. Sebagai teman yang baik saya pun membantu sebisa saya. Tapi seringkali saya menemukan kesulitan praktis saat membuka layar demi layar dan menu demi menu apabila bahasa gadget di-setting menggunakan bahasa Indonesia. Soalnya selama ini saya sudah sangat nyaman dengan gadget berbahasa Inggris. Saya pun suka kebingungan dan tersesat di antara menu dan aplikasi berbahasa Indonesia ini. Pertolongan pertama yang saya lakukan adalah membaca menu lewat tampilan icon yang pada umumnya sudah standar, sehingga bisa jadi penunjuk jalan sementara. Masalah kembali terjadi apabila theme gadget mereka pun sudah ikut terganti, bukan default theme lagi, sehingga tampilan icon-nya juga pun ikut terganti sesuai theme-nya (apalagi yang pakai sistem operasi android, icon-nya suka nyeleneh). Bisa tambah tersesat.  Jadi biasa langkah paling pertama yang mesti dibuat adalah menemukan menu setting atau pengaturan lalu mencari pengaturan bahasa dan menggantinya dari Bahasa Indonesia menjadi English (bahasa inggris). Teman-teman biasa langsung tertegun dan setengah meledek mengatakan saya “sok british nih anak!”  atau “ah, pamer lu!”.

Padahal tidak ada maksud seperti itu sebenarnya. Malah kemampuan bahasa Inggris saya masuk kategori kelas cekak kalau ada. Mengganti bahasa gadget itu hanya untuk mempermudah pekerjaan saja. Terbukti setelah mengganti bahasa yang dipakai menggunakan bahasa inggris, perjalanan menjadi lebih mudah. Dalam waktu singkat saya bisa menemukan fitur yang mereka cari, atau mengubah beberapa settingan sesuai keinginan teman-teman saya itu.  Setelah itu barulah bahasanya dikembalikan ke bahasa Indonesia seperti semula.

Teman-teman Kompasioner pun mungkin pernah mengalami hal yang sama. Perubahan bahasa pada beberapa aplikasi di gadget atau komputer kadang menimbulkan kebingungan. Misalnya pada saat pertama kali menemukan menu salin & tempel sebagai pengganti copy & paste, saya merasa sedikit aneh sambil bertanya dalam hati, “Oh, paste itu artinya tempel ya? Baru tahu nih..” Atau pada saat mencari-cari menu template di gadget berbahasa Indonesia, sudah diubek-ubek belum ketemu juga. Setelah sedikit berspekulasi barulah ketemu. Ooh... ternyata template itu artinya pola. Bukannya pola itu bahasa Inggrisnya pattern ya? Hmm... ya sudahlah. Bahasa Inggris kelas cekak aja ngotot. Heheh...

Namun akhir-akhir ini aplikasi lokal atau aplikasi impor yang sudah berbahasa Indonesia semakin gencar disajikan di layar gadget kita. Jadi lama kelamana saya mulai harus membiasakan diri dengan istilah teknologi yang menggunakan bahasa sendiri. Bagus sih. Artinya kemampuan anak bangsa ini dalam bidang IT juga semakin mumpuni. Saya jadi bermimpi, di masa depan yang tidak terlalu jauh nanti putera-puteri Indonesia berhasil menciptakan aplikasi-aplikasi kelas Internasional tetapi tetap berbahasa Indonesia, bahasa kebanggaan kita. Sehingga saat orang-orang di luaran sana mau menggunakannya, mereka juga harus membuka kamus Bahasa Indonesia biar tahu arti menu-menunya. Bakalan seru kan kalau mahasiswa informatika di London misalnya, menggunakan browser buatan Indonesia lalu untuk mendownload file dari Internet dia mesti mencari menu “unduh” lebih dulu. Atau untuk mengupload dia mesti mencari menu “unggah” lebih dulu.

Kata-kata seperti aras, peramban, muat ulang, rana adalah contoh lain kata-kata yang yang sebenarnya sering kali digunakan, hanya dulu saya lebih akrab dengan kata level, browser, reload dan shutter.  Jadi walaupun relatif mudah dilakoni, beradaptasi menggunakan bahasa sendiri ini sepertinya perlu waktu juga. Untunglah masih ada beberapa istilah yang mungkin belum ditemukan padanannya dalam bahasa kita sehingga saya masih menemukan penggunaan kata aslinya seperti misalnya firewall, bluetooth, bookmark, dan sebagainya.

Jadi bila ditanya mana yang lebih nyaman digunakan copy paste atau salin tempel? Jawabannya mungkin akan berbeda untuk setiap orang. Saya sendiri masih tetap membiarkan Blackberry dan HP Android saya menggunakan bahasa Inggris. Tapi tetap belajar mengubek-ubek gadget berbahasa Indonesia milik teman. Kalau mau dikembalikan kepada makna mendasarnya sebagai sarana untuk mempermudah pekerjaan dan komunikasi, bahasa apapun yang digunakan dalam gadget kita tidak menjadi masalah selama kita dapat memfungsikannya secara maksimal. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun