Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Malaikat [1]

17 Maret 2014   23:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13950489211028335656

Koloni TX300 dan sebagian besar manusia yang mendiami Pariya digemparkan oleh kematian Jendral Takeda. Presiden Koloni berusia penghujung 50 tahun itu ditemukan tergantung di kamar kerja pribadinya tujuh hari lalu. Tidak ada sama sekali indikasi kalau ada orang lain yang bertanggungjawab terhadap tragedi itu. Pun tidak ada tanda-tanda dia mengalami kekerasan sebelum kematiannya. Saksi yang tersisa hanyalah sebuah memo tulisan tangannya sendiri yang ditemukan di atas meja kerjanya

Warga TX300, maafkan aku. Kematian 9 saudara kita semakin membuktikan aku bukan pemimpin yang baik untuk kalian. Dear sakura, aku juga bukan pemimpin yang baik untuk keluarga kita. Aku mencintaimu. Takeda.” Demikian elegi yang tertulis di atas memo tersebut.

Tidak lama setelah Sakura, istri almarhum, menemukan tubuh yang telah membeku itu, tangisan menyayat pun terdengar dari dalam rumah mereka yang terletak di sektor D10 bunker 85. Sakura, wanita yang telah setia menemani perjalanan almarhum selama 22 tahun ini kelihatan sangat terpukul dengan kematian suaminya. Belum sampai sebulan dia menerima berita menyedihkan mengenai Zeth, putra semata wayang mereka yang tertangkap menyimpan obat-obatan ilegal di Universitas Pusat sehingga harus mendekam di penjara federasi, suami tercinta pun juga harus pergi meninggalkannya selamanya. Lot, sekretaris kepresidenan yang sudah seperti bagian dari keluarga orang nomor 1 di Koloni TX300 itu adalah orang pertama yang menerima kabar duka dari Sakura.

Praktis setelah itu, Lot sebagai orang paling berkompeten dalam pengaturan administrasi pemerintahan koloni mulai kelimpungan mengurusi segala tetek bengek yang dibutuhkan. Mulai dari transmisi resmi berita duka tersebut, mengatur seremonial kedukaan sampai serah terima kekuasaan. Dua hari terakhir ini malah dia hampir tidak memiliki jam istirahat. Begitu pula dengan staf-staf yang dipimpinnya.

***************

Sehari setelah Wakil Presiden Uzulu yang sebentar lagi akan menggantikan posisi Almarhum memberikan pidato kedukaan pada upacara kremasi jenazah almarhum, Kolonel Rico dari Kepolisian Pusat Federasi Antar Galaksi tiba di Pariya.

Pesawat Antariksanya mendarat mulus di landasan khusus pesawat lintas galaksi di sektor A24. Tempat yang paling pertama dituju adalah Kesekretariatan Presiden di Sektor C12. Lot senang terhadap kedatangan salah satu pejabat teras di Kepolisian Pusat Federasi tersebut. Kolonel Rico adalah teman kelas Lot. Mereka satu akademi dulunya, hanya memilih karir yang berbeda. Lot melanjutkan pendidikannya di dunia birokrasi, sedangkan Rico tetap dengan obsesinya menjadi Polisi galaksi. Pertemuan keduanya pun jadi lebih mirip ajang reuni kawan lama, dibanding pertemuan formal yang biasanya penuh standar prosedur yang kaku. Apalagi kunjungan orang dari federasi jarang sekali terjadi, kecuali ada hal-hal luar biasa yang telah terjadi.

Setelah mengenang satire-nya kepingan masa lalu, mereka pun mulai membicarakan hal-hal yang lebih serius. Keduanya kini telah mengisolir diri di ruang kerja pribadi Lot.

“Catatan kejiwaan almarhum adalah yang terbaik di antara ribuan Presiden Koloni lainnya. Beberapa pejabat di Federasi masih meragukan motivasinya untuk bunuh diri, aku pun demikian,” ucap Rico lamat-lamat.

“Benar kawanku. Tapi almarhum terkenal sebagai sosok yang menghormati tradisi. Susur galur Jepang masih sangat terjaga di keluarga mereka. Dan bukan baru kali ini pejabat koloni yang berdarah murni Jepang melakukan harakiri,” sahut Lot.

“Kami juga sudah memikirkan hal itu.... Tapi untuk membuktikan segala sesuatunya, federasi akan mengambil alih kasus ini. Besok aku akan bertandang ke markas Kepolisian Perserikatan Koloni untuk meminta hasil otopsi lengkap dan bukti yang paling penting..... memo kematian almarhum,” Rico memandang tajam ke mata kawannya. “Federasi mencium ada sesuatu yang janggal di koloni ini. Federasi memiliki rencana menugaskan almarhum mengepalai divisi Linguistik pada Departemen Ekplorasi Planet Asing. Almarhum sangat antusias saat mendengar berita tersebut.... 20 hari lalu,” Rico menatap sekilas penanda waktu di dekat layar komputer Lot.

Lot sedikit terkejut.”Kami belum mengetahui berita baik tersebut,” ujarnya.

“Memang masih dirahasiakan... dan aku harap itu tetap menjadi rahasia kita.”

Seperti tersadar akan sesuatu, dia cepat-cepat merogoh saku jubah biru metaliknya, lalu mengulurkan sebuah benda ke tangan Lot. Sebuah kartu memori selebar jempol pria dewasa.

“Ini program untuk membuka video privilegeku. Siapa tahu aku harus menyampaikan sesuatu yang sangat rahasia.”

Lot mengangguk sambil menerima kartu tersebut.

“Aku diberi waktu singkat di planet ini. Sepertinya setelah berkunjung ke markas kepolisian perserikatan, dan pembicaraan seremonial yang membosankan dengan Jendral Uzulu, aku akan langsung berangkat ke Federasi,“ ucap Rico lagi.

“Wah,... pertemuan yang singkat sekali kawan,” sahut Lot.

“Kamu jaga diri, ya,” Rico pun mendekap erat kawan lamanya itu. “Oh ya, Jen kirim salam.”

Lot tertawa kecil. Jen adalah kekasih Lot yang bekerja sebagai peneliti di Laboratorium Sejarah Federasi.

“Terima kasih, kawan. Jen seringkali bercerita tentang prestasi-prestasi kamu di sana.”

“Mudah-mudahan tidak ada yang dilebihkan. Cepat lamar dia sebelum mati sesak di gudang artefak federasi,” sambung Rico. Keduanya pun tertawa lepas.

“Baik kawan. Salam buat istri dan anak kamu,” ucap Lot sambil mengantar Rico kembali ke ruang  pertemuan bersama staf-staf mereka.

Setelah kontingen Rico meninggalkan kesekretariatan. Lot kembali ke ruang kerjanya lalu memandang sekali lagi kartu program dari Rico di tangannya. Pikirannya kembali berkecamuk. Rupanya dia tidak sendiri mencurigai kejanggalan kematian almarhum Jendral Takeda.

**************

Planet Pariya telah memasuki zona perihelium. Karena itu, suhu dipermukaan semakin hangat. Sebentar lagi suhu siang hari menyerupai suhu dalam oven pemanggang roti. Beberapa presiden koloni telah membuka bunker-bunker raksasa mereka yang tertancap dalam perut planet Pariya. Walaupun belum semua warga koloni bergerak masuk ke dalam bunker, aktivitas di permukaan sudah mulai sepi. Pergerakan mobilitas manusia dan hilir mudik kendaraan pengangkut hampir tidak nampak karena sebagian besar orang berdiam di dalam rumah dengan bantuan mesin pendingin. Namun pada saatnya nanti, saat suhu permukaan mencapai puncaknya, bahkan pendingin pun hampir tidak berguna,  praktis segala aktivitas manusia penghuni Pariya terpusat di dalam bunker.

Keadaan ini akan berlangsung tiga atau empat bulan ke depan, menurut kalender bumi. Waktu Pariya bisa lebih cepat lagi, karena kala revolusinya lebih cepat dibanding bumi.

Saat manusia bersembunyi di puluhan meter di bawah permukaan, monster lokal Pariya perlahan-lahan keluar dari persembunyiannya dan menjelajahi seluruh permukaan dengan leluasa. Penghuni asli Pariya ini diberi nama Or. Tapi mereka lebih beken dengan julukan “kelelawar”. Memang secara sekilas penampakan mereka mirip kelelawar. Yang membedakan adalah bobot mereka yang lebih besar, Or dewasa beratnya hampir 200 Kg, dengan taring bersusun seperti taring ular. Karnivora ini menyukai hewan pengerat dan reptil lokal. Or sesekali dilaporkan menyerang manusia. Tapi pada dasarnya, mereka takut dengan persenjataan modern yang digunakan untuk menghalau mereka. Makanya Or hanya akan berkeliaran keluar dari hutan hujan saat aktivitas manusia di permukaan berkurang.

Beberapa waktu lalu, sepasukan Or membawa bencana yang diduga berhubungan dengan kematian Jendral Takeda. Saat rombongan warga terakhir sedang bergerak memasuki pintu Merkurius, satu-satunya pintu raksasa bunker yang dimilki seluruh bunker di sektor F, langit tiba-tiba menghitam. Pasukan pengawal terbelalak ketika melihat puluhan Or dengan beringas menukik dari angkasa ke arah pintu.

Decitan maut senjata-senjata laser yang berasal dari persenjataan pasukan pengawal menggema bersamaan dengan suara histeris warga. Mobilitas ratusan manusia dipercepat. Pasukan yang bertanggungjawab terhadap komunikasi kewalahan karena panggilan mereka tidak dijawab dari pos militer terdekat.

Beberapa Or berjatuhan, tapi pasukan kalah jumlah. Salah seorang dari mereka berseru kesakitan, saat salah satu Or berhasil merobek kulit punggungnya. Iring-iringan mobil warga juga jadi sasaran belasan or lainnya.

“Mana bantuan?!!”

“Keluarkan anti-Or...!!”

“Kenapa tidak ada konfirmasi dari pusat?!!”

“Lindungi wargaaa....!!!”

Teriakan-teriakan komandan pasukan dan beberapa prajurit susul meyusul tenggelam dalam hiruk pikuk dan kepanikan. Beberapa pasukan mulai terjatuh dan tanah di sekitar mereka mulai memerah darah. Untunglah dua prajurit yang memanggul persenjataan mirip RPG berlari sigap dari dalam bunker dan mengarahkan moncong RPG-nya ke arah kerumunan Or. Senjata ini mereka sebut anti-Or karena proyektilnya berisi senjata kimia, senyawa gas tertentu yang dimampatkan. Aromanya sangat dibenci oleh Or. Saat peluru meledak, gas yang dihasilkan bisa mengusir Or dengan radius lebih dari 1 Km.

Peluru-peluru senjata anti-Or telah dilontarkan. Sedetik kemudian, gas berwarna hijau keunguan merebak di udara. Bagai kerumunan lalat yang dikejutkan oleh satu kibasan tangan, puluhan Or itu pun berteriak nyaring persis suara kuda yang ditarik paksa penunggangnya sambil beterbangan tunggang langgang. Dalam hitungan detik, kawanan Or itu pun bergerak menjauh sampai hilang dari pandangan.

(bersambung)

Gambar dari: wallpaperswa.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun