Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Getir Pagi dari Jendela Sang Pujangga

11 Juni 2014   23:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunga matahari takzim pada pagi
memberi salam pada langit merah.
Tanah dan rumput basah oleh embun
seperti bayi yang dimandikan ibunya.
.
Daun mahoni mengetuk
lalu jemari sang pujangga membuka tirai jendela.
Desah semesta ditiupkan pada kertas sang pujangga,
pagi ini pun
dia masih terjaga.
Aroma kopi hitam menggantungkan potongan kantuk
di pelupuk mata.
.
Sang pujangga meniup gelas kopi
menebar asap putih pada relung pagi.
.
Ayam jantan mematuk remah-remah,
merayu betina yang malu-malu mendekat.
Perhatian sang pujangga teralih.
Sejenak tersenyum.
.
Lalu kembali menorehkan goresan tinta
di atas kertas putih
melukiskan gundah dan nelangsa yang bergelayut
karena kekasih hati dibawa angin
ke ujung kehampaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun