Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serangan Udara terhadap Gedung KPK

21 September 2014   23:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:00 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerjaan KPK yang doyan mengubek-ubek kenyamanan orang lain bikin banyak elite ketar-ketir. Akibatnya ada saja ulah mereka untuk menyerang KPK. Caranya bisa lewat jalur politik, lewat jalur media untuk membentuk opini publik, mungkin ada juga lewat cara salam tempel yang kemudian tidak berhasil dan lain-lain. Rupanya saat cara-cara serangan “darat” seperti itu tidak mempan, mereka menggunakan cara lain yaitu lewat serangan “udara” alias lewat perangkat gaib.

Seperti peristiwa yang terjadi di depan gedung KPK Sabtu kemarin (20/9). Sekitar pukul 15.30 WIB, seorang perempuan turun dari Fortuner putih dengan nomor Polisi B 321 SGI. Wanita itu meletakan sebuah pot misterius di dekat pintu keluar gedung KPK. Sekuriti yang berjaga di dekat pintu masuk menaruh curiga dan menghampiri perempuan tersebut. Menyadari hal itu, perempuan pembawa paket langsung naik kembali ke atas mobilnya dan tancap gas dari situ.

Saat petugas memeriksa pot yang diletakkan, mereka menemukan sebuah bungkusan berisi sejumlah benda seperti: anak panah kecil, Micro SD, tulisan di secarik kertas dan batu kecil berwarna-warni. Pot tersebut berbau harum yang sangat menusuk hidung.

Kita tidak tahu pasti apa motif perempuan itu, tapi spontan kita bisa menebak kalau perempuan itu bermaksud “menembak” sasarannya, orang-orang di dalam gedung KPK lewat cara-cara gaib.

Diminta pendapatnya, Jubir KPK Johan Budi mengatakan "Kejadian meletakkan semacam sesajen di gedung KPK ini sudah sering terjadi. Ini menunjukkan bahwa masih saja ada pihak yang beranggapan bahwa KPK bisa dipengaruhi melalui cara supranatural seperti itu," seperti yang dikutip portal detik.com.

Sesajen, santet, pesugihan dan ritual supranatural lain memang masih berakar kuat pada kehidupan sosial budaya masyarakat kita. Ini tidak mudah hilang, sekalipun peradaban dan teknologi sudah maju. Dulu orang sering bilang sudah jaman kuda gigit besi, sekarang berubah lagi jadi jaman kuda gigit tablet.  Tapi sekalipun kuda sudah pinter internetan, praktek-praktek perdukunan dan sejenisnya masih jamak kita temui di tengah masyarakat. Mau berobat ke dukun, mau pelaris usaha ke dukun, mau pinter ke dukun, mau dapat kharisma ke dukun. Tinggal urus kartu miskin saja yang tidak ke dukun.

Padahal mujarab atau tidaknya terapi dari dukun seringkali kembali kepada kepercayaan pasiennya. Seringkali keampuhan obat mbah dukun terlihat, karena memang pasiennya percaya lahir batin pada kesaktian dukunnya. Hal-hal yang mungkin terjadi secara kebetulan, atau memang sudah semestinya terjadi karena kekuatan pikiran si pasien, dianggap sebagai pertanda keberhasilan ritual tersebut.

Kembali ke kasus di depan gedung KPK. Kita tidak tahu, serangan udara tersebut bakalan ampuh atau tidak. Tentu kita masih ingat contoh kasus saat KPK menangkap Ratu Atut Choisiyah. Saat itu sempat terbersit kabar kalau KPK akan dikirimi santet dari sejumlah simpatisan Atut. Nyatanya Abraham Samad Cs masih baik-baik saja sampai hari ini.

Saya yakin orang-orang yang duduk di kursi terhormat seperti para pejabat KPK itu punya integritas yang tinggi. Integritas yang tinggi biasa dibarengi dengan akhlak dan keimanan yang baik pula. Jadi mestinya karena mereka menyerahkan sepenuhnya penyelenggaraan hidup mereka pada Tuhan yang maha kuasa, tidak akan ada lagi kuasa-kuasa lain yang bisa mengusik hidup dan pengabdian mereka. Malah sebaliknya, si pengirim santet yang bisa kena tegur dari Tuhan. Syukur-syukur kalau Tuhan memberikan teguran baik-baik, kalau dikirimi SP ?! Nah loh..!! (PG)

Referensi:

detik.com

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun