Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan pada Pinus

20 November 2014   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pucuk pinus yang menyapa rembang petang

Hujan menuliskan butir-butir emas bening

bak penyair yang melukis seloka

.

Di ujung pancaroba

dia menulis kedalaman telaga rasa

tentang rembulan

tentang hari-hari yang telah terhitung

tentang kerinduan.

.

“Dari balik kabut gunung Bawakaraeng

Aku datang untuk mencintaimu lagi,

mencumbu setiap gurat tubuhmu

dan memeluk setiap helai erat.

Aku akan terus disini,

Sampai matahari kemarau memanggilku pulang.

Tapi aku akan terus mencintaimu

sampai pucuk-pucukmu mengering dan hanyut dibawa angin lembah.”

Demikian ikrar suci dituliskan.

.

Pada pucuk pinus yang mengharu pasrah

hujan merangkai kepingan cintanya.

_________________________________________

Malino, 15 November 2014

Gambar dari: http://pixabay.com/en/needles-drip-raindrop-tree-pine-356070/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun