Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pukul 21:17

26 Desember 2014   01:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pukul 21:17. Koridor-koridor kampus sudah senyap. Hanya semilir angin malam yang bisa mengetuk gendang pendengaran. Di salah satu gedung fakultas MIPA, suara ketukan teratur high heels Priska menggema memenuhi relung malam. Tangan kanannya menyandang segepok berkas-berkas penelitian. Dia bersama beberapa dosen jurusan Biologi sedang mengejar deadline salah satu riset mereka sehingga beberapa hari ini dia harus rela meninggalkan kampus malam-malam.

Walau seorang diri menyusuri koridor yang diterangi dengan lampu seadanya, Priska tetap terlihat tenang. Dia tidak pernah memasukkan ke dalam hatinya, kabar kabur mengenai penampakan makhuk dari dunia lain yang biasa disajikan kawan-kawan sesama dosen atau beberapa mahasiswa yang bercakap-cakap dengannya. Konon ada arwah mahasiswi bunuh diri yang masih gentayangan di sekitar laboratorium, ada pula almarhum dosen Belanda yang masih sering terlihat masuk ke ruangan-ruangan perkuliah. Ada-ada saja. Priska tidak peduli sedikit pun. Dia tetap menjunjung tinggi rasionalitasnya.

Termasuk saat bulu kuduknya mulai merinding, Priska menganggap itu pengaruh angin malam yang dingin menyergap. Juga saat kelebat bayangan hitam melintas cepat di belakangnya dan mendadak dia mencium aroma betadine yang menusuk hidung. Priska tetap tidak peduli.

Dia baru sedikit terpengaruh oleh suasana sekitar saat mendekati areal tempat parkir, nampak seorang bapak setengah baya sibuk menyapu daun-daun kering di tengah taman. Itu pak Tarjo, salah satu petugas kebersihan Fakultas MIPA. Ternyata Priska bukan orang satu-satunya orang yang masih bergelut dengan pekerjaan selarut ini….

“Lembur, pak?” Priska menyapa.

Pak Tarjo sedikit terkejut, lalu berbalik mencari asal suara itu. Berupaya mengenali wajah penyapa di bawah penerangan terbatas, pak Tarjo memicingkan matanya.

“Eh, bu Priska. Iya bu, biar kerjaan besok cepet tuntas…,”

Priska mengangguk.

“Kalau gitu aku pulang duluan pak, ya. Eh, kenapa gak pakai jaket pak, dingin loh….,” ucap Priska lagi sambil meneruskan langkahnya.

“Gak apa bu. Baik, selamat jalan, bu.”

Sesampainya di tempat parkir, Priska langsung menuju ke tempat New Avanza-nya terparkir. Tidak perlu susah-susah mencari karena mobil yang terparkir di situ sudah bisa dihitung jari lagi. Tak lama kemudian, mobil itu melaju mulus meninggalkan areal kampus.

******

Pukul 08:00. Alarm berbunyi nyaring mengusir keheningan pagi di kamar Priska. Priska pun mematikan alarm smartphone-nya dan bangun malas-malasan. Hari ini dia tidak ada jadwal mengajar, hanya mesti tetap ke kampus untuk melanjutkan tugas risetnya bersama tim. Tapi untuk memastikan dia tidak melewatkan satu agenda pun, dia menyalakan tabletnya untuk mengecek rencana kerjanya hari ini. Kadang-kadang dia suka lupa kalau ada janji konsultasi dengan mahasiswanya.

Saat lagi asyik menggeser-geser layar tabletnya, smartphone-nya bernyanyi nyaring. Priska melirik nama orang yang meneleponnya… Bu Endah? Sepagi, ini pegawai Tata Usaha Fakultas sudah menelepon? Ada ada mahasiswa yang seminar ya pagi ini? Batin Priska lalu mengangkat teleponnya.

“…Pagi bu Endah….,”

“Selamat pagi, bu. Maaf mengganggu nih….” terdengar suara ramah dari seberang sana.

“Nggak apa, bu. Bagaimana? Ada yang bisa saya bantu?”
“Saya hanya mau kasih kabar bu, semalam pak Tarjo meninggal karena sakit jantung…..”

Priska mengernyit, “Pak Tarjo….??”

“Pak Tarjo cleaning service, bu…!”

Priska tercekat, sampai lupa berlafas duka seperti biasanya. Dia malah balik bertanya,

“Meninggal jam berapa, bu? Saya masih semp….”

“Kata keluarganya jam setengah sembilan malam masih sempat dibawa ke rumah sakit. Tapi dokter bilang almarhum sudah keburu meninggal saat di perjalanan.”

Bibir priska memutih karena pucat. Tangannya mulai bergetar. Dia benar-benar tidak percaya akan berita yang baru didengarnya.

“…..beberapa dosen dan pegawai fakultas berencana akan melayat ke rumah duka pagi ini, bu. Kalau ibu ingin ikut dalam rombongan, harap jam sembilan pagi ini sudah hadir di fakultas.”

……..

“….ibu Priska? Halo? Halo, bu Priska??”

*******


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun