Mohon tunggu...
Phoenixius Kenneth Ryuta
Phoenixius Kenneth Ryuta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Katolik di Pesantren? Merajut Kebersamaan, Mencari Kedamaian

18 November 2024   22:57 Diperbarui: 18 November 2024   23:42 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto perpisahan/dok. pri

Foto perpisahan/dok. pri
Foto perpisahan/dok. pri

Pemandangan yang memukau turut mengisi pagi hari itu, dengan banyak burung beterbangan di sekitar area pesantren, menambah kesan damai sekaligus mengingatkan pada kesederhanaan yang terasa selama berada di sana. Setelah sarapan, acara penutupan diadakan. Saat meninggalkan pesantren, ada perasaan berat untuk pergi, seolah hati sudah terikat dengan suasana dan tradisi di pesantren. Meskipun banyak hal baru dan tradisi yang belum sepenuhnya dipahami, pesantren ini telah meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri. Disinilah banyak hal dan perasaan baru telah dibentuk, pertemanan yang baru terjalin, dan juga pengalaman yang penuh kebahagiaan tersimpan.

Makna dari Pengalaman Ini

Perjalanan ini bukan hanya kunjungan ke pesantren, tetapi proses refleksi hidup yang mendalam. Setiap aktivitas, dari makan bersama hingga menunggu dalam kesabaran, mengajarkan betapa pentingnya menghormati tradisi yang berbeda dan memperkaya hubungan antarindividu. Di pesantren, kesederhanaan menjadi kekuatan, mengajarkan syukur, toleransi, dan kebersamaan. Kegiatan ini menjadi fondasi kokoh dalam melatih toleransi di masa modern ini dan seberapa pentingnya menjaga persatuan dalam keberagaman.

Secara ilmiah, interaksi intens seperti ini meningkatkan empati dan kebahagiaan. Tradisi makan dari satu wadah besar, yang awalnya terasa asing, berubah menjadi simbol keakraban yang langka. Mengingat kata-kata Gandhi, "Hidup adalah kesempatan untuk berkontribusi".  Perjalanan ini memberikan kesempatan untuk berkontribusi, baik melalui berbagi ilmu maupun dengan belajar dari kehidupan sederhana para santri. Kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari kemewahan, tetapi lahir dari keikhlasan berbagi dan kesederhanaan menjalani hidup. Setiap momen, baik yang penuh sukacita maupun yang menguji batas kesabaran, adalah bagian dari perjalanan hidup yang berharga, yang membantu memahami esensi hidup secara lebih mendalam. Pesantren Al Marjan, dengan seluruh kesederhanaan dan kearifannya, telah menjadi tempat yang membuka hati dan pikiran untuk merenungkan makna hidup yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun