Mohon tunggu...
Phoenixius Kenneth Ryuta
Phoenixius Kenneth Ryuta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Katolik di Pesantren? Merajut Kebersamaan, Mencari Kedamaian

18 November 2024   22:57 Diperbarui: 18 November 2024   23:42 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Sharing dan Refleksi/dok. pri

Beberapa bahkan dengan rasa penasaran bertanya apakah bisa berbahasa Korea atau meminta akun Instagram. Meskipun situasi ini sedikit membuat tersipu, tawa dari teman-teman mengisi momen itu dengan keceriaan. Acara malam itu diakhiri dengan menyanyikan mars Kanisius, menciptakan suasana hangat sebelum waktu istirahat tiba. Ini adalah awal akhir dari runtutan hari yang penuh kegembiraan.

Hari Kedua: Pengalaman Mengajar dan Mencoba Ibadah Lebih Dalam

Kegiatan Sharing dan Refleksi/dok. pri
Kegiatan Sharing dan Refleksi/dok. pri

Hari kedua dimulai dengan mencoba berpuasa. Bangun untuk sahur di pagi hari dan mengaji bersama para santri memberikan suasana baru yang sarat akan ketenangan. Namun, karena memang tidak pernah puasa, rasa lapar tidak dapat ditahan hingga waktu berbuka, dan  makan siang pun tak terhindarkan. 

Meski begitu, kesempatan mengajar matematika dan bahasa Inggris kepada santri setingkat SMP memberikan kebahagiaan tersendiri, terutama ketika melihat antusiasme mereka dalam belajar. Rasa bahagia bergejolak, karena dapat berbagi ilmu dengan mereka yang lebih muda dan membutuhkannya.

Setelah sesi mengajar, adanya kesempatan untuk berkunjung ke salah satu suku Indonesia yaitu suku Baduy. Karena keterbatasan waktu dan kondisi, kunjungan hanya dapat sampai ke Baduy luar, yang tentu juga menjadi sebuah hal menarik dalam runtutan acara ini. Kesederhanaan yang dianut, apabila dibandingkan dengan apa yang dilihat sehari-hari, sungguh menjadi pengalaman dan pandangan yang menyegarkan mata. 

Melihat perbedaan yang ada serta keragaman di negara ini menjadi indikasi agar terus menerus menjaga persatuan dan rasa toleransi diantara warga. Pengalaman indah ini menjadi refleksi untuk sadar dan bersyukur atas kehidupan yang dialami. Keindahan ini harus diakhiri dan akhirnya kembali ke pesantren.

Malam harinya, pengalaman mengikuti ibadah bersama para santri menjadi momen introspeksi yang mendalam. Meskipun waktu terasa berjalan sangat panjang dan rasa jenuh sempat muncul, keinginan untuk merasakan manfaat dari pengalaman ini membuat diri menahan diri. Usaha untuk menahan rasa kesal terbayar dengan perasaan tenang yang dirasakan setelahnya. Ada sesuatu yang sangat damai dalam menjalani ibadah yang panjang dan khusyuk ini, yang sulit digambarkan namun terasa menyentuh hati. 


Hari Ketiga: Penutupan, Perpisahan, dan Kepulangan

Pada pagi hari terakhir, ketika mata terbuka, kesadaran langsung menghampiri bahwa ini adalah hari terakhir di pesantren. Perasaan campur aduk antara senang dan sedih memenuhi hati. Rasa senang karena sebentar lagi akan kembali bertemu keluarga dan kehidupan sehari-hari, namun sekaligus ada rasa sedih karena harus meninggalkan teman-teman baru yang begitu cepat terjalin kedekatannya. Hal yang mengharukan adalah saat teman-teman baru datang ramai-ramai untuk memberi kenang-kenangan perpisahan, sebuah momen yang sarat emosi dan akan selalu dikenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun