Idealnya seorang pemimpin menurut setiap orang berbeda. Tentu saja, keinginan dan ideal pemimpin adalah orang yang bisa melayani, bertanggung jawab, dan disiplin. Tetapi ada baiknya seseorang itu humoris agar orang yang mengikutinya tidak tegang. Maka diperlukan orang yang tidak hanya bisa memimpin, tetapi juga bisa mencairkan suasana. Pada teks yang terlampir dalam tautan, Sang penulis menjelaskan mengenai presiden ke 4 Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tautan di atas, dijelaskan bahwa nama beliau adalah Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil sebagai Gus Dur. Secara garis besar teks ini menjelaskan mengenai cara Gus Dur melakukan pidatonya dengan beberapa humor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya contoh pidato pada zaman Orde Baru, disaat Gus Dur sedang berpidato. Saat itu, semua acaranya diawasi oleh Intel, sehingga saat beliau sedang berpidato, ia berbicara dalam bahasa Arab.Â
Jadi dari situ kita bisa mengatakan bahwa teks anekdot adalah sebuah teks yang meluapkan isi atau tanggapan seorang penulis mengenai suatu masalah atau bersifat kritik tanpa meng kritikannya secara langsung dan dengan bahasa yang lembut. Hal ini dilakukan agar kritikan yang disampaikan tidak berkesan mengejek atau menghakimi orang lain. Dengan demikian hal tersebut tidak hanya bisa untuk menjadi pelampiasan kemarahan penulis, tetapi juga bisa menghibur para pembacanya.Â
Untuk contoh teks anekdotnya adalah sebagai berikut : Di suatu siang, ada dua bocah yang sedang bercanda di bawah pohon rindang, Bagus dan Anton. Bagus: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?" Anton: " Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa." Bagus: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah." Anton: "Hmm, kursi apa dong?" Bagus: "Jawabannya adalah kursi jabatan!" Anton: "Lho, kok begitu?" Bagus: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!" Anton: "Hahahahaha betul juga." Di teks diatas bisa dilihat bahwa Bagus menyindir Kursi Jabatan, atau yang disindir adalah para pejabat negara yang banyak mengucapkan program kerja dan lain-lain tetapi pada akhirnya hanya memikirkan dirinya sendiri dan merugikan rakyatnya.Â
Fungsi Teks anekdot seperti yang diatas ini adalah untuk menghibur para pembacanya. Tidak hanya itu, teks anekdot juga memiliki fungsi kepada para penulis, yaitu sebagai metode pelampiasan, atau cara menyindir yang tidak terlalu berbahaya sehingga penulis tidak menyinggung pihak manapun. Selain itu, teks anekdot juga dapat meningkatkan kreativitas dari para penulisnya.Â
Tak hanya itu, teks anekdot juga memiliki korelasi erat dengan kehidupan sehari-hari. Bisa dilihat di contoh teks anekdot yang dicantumkan oleh saya, teks anekdot tersebut berhubungan erat dengan kondisi pemerintahan di Indonesia. Banyak pejabat, menteri, dan lain-lainnya mengucapkan janji-janji yang akan mereka lakukan jika mereka berhasil masuk ke dalam pemerintahan dan semacamnya. Tetapi apa kenyataannya? Realitanya, mereka hanya penuh dengan kebohongan, dan itu benar-benar terjadi di kehidupan kita.Â
Untuk kesimpulan, bisa dikatakan teks anekdot adalah teks yang bisa dilakukan oleh para penulis untuk menyindir suatu topik tanpa menyindir dengan keras. Fungsinya adalah untuk menghibur pembaca, dan untuk melepaskan stress, serta dapat meningkatkan kreativitas dari para penulis. Saran saya mengenai teks anekdot ini adalah untuk kedepannya para penulis bisa memikirkan cara baru agar bisa mengembangkan teks anekdot menjadi sesuatu yang lebih luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H