Mohon tunggu...
Nahlatul Azhar
Nahlatul Azhar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku biasa, tapi aku bisa!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ge dan Na: Cara yang Aneh (Ungkapan Rasa) (4)

8 Oktober 2013   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Geeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!” (teriak sekeras-kerasnya)
“Apa?” (sambil nutup telinga)
“Gawat!”
“Apanya yang gawat?”
“Aku sudah bilang.”

“Bilang apa?”
“Itu ...”
“Itu apa?”
“Saran kamu.”
“Saran yang mana?”
“Yang kasih tahu ke dia duluan.”
“Kasih tahu apa sih, Na?”
“Aduh, bukannya kemarin kamu ngasih saran.”
“Makanya itu, yang mana?”
“Ampun deh. Tulalit banget sih Ge.” (ngambek)
“Apanya yang tulalit, kamun yang ngga jelas ngomong apa.”
“Tentang perasaanku, aku sudah bilang ke dia. Kan kamu yang ngasih saran kemarin.”
“Hah?” (mulut terbuka, lama)
“Kok ‘hah’ doang sih reaksinya?”
“Yang benar, Na?”
“Iya.”
“Wah, berani juga kamu. Hebat, hebat.”
“Apanya yang hebat?” (wajah murung)
“Itu udah berani ngungkapin isi hati.”
“Berani itu kalau ke kuburan malam-malam plus sendiri pula.”
“Na, itu lain lagi kali. Terus reaksinya apa?”
“Ngga tahu.”
“Loh, kok ngga tahu?”
“Dianya ngga ngerti!” (muka dilipat)
“Masa sih, mana ada orang dikasih tahu tentang rasa terus ngga tahu. Budek kali dianya.”
“Yee ... aku ngga bilang langsung kali.”
“Terus lewat apa?”
“Lewat pak pos,”
“Maksudnya surat?”
“Iya.”
“Jadi dianya ngga bisa baca dong.”
“Mana mungkin. Orang gila baca gitu.”
“Terus kenapa ngga ngerti?”
“Itu karena ... mmm ...”
“Apa?!” (penasaran)
“Karena bahasa yang aku pake bahasa dari planet lain.”
“Hah?” (jelas ngga ngerti)
“Hah mulu sih dari tadi.”
“Kamunya juga aneh mulu dari tadi. Emang bisa bahasa planet apa saja, Na?”
“Hehehe, ngga banyak sih. Cuman merkurius, venus, mars, yupiter, saturnus, neptunus, uranus, sama pluto.” (muka ngga bersalah)
“Pamer aja terus. Aku tahu kok kamu hapal mati tuh nama-nama planet. Tapi Na yang baik, tidak sombong, suka nangis, galaunya kumat, ngambekan ...”
“Stop! Kok malah ngga muji sih. Kebongkar deh sifat asliku.”
“Biarin.”
“Yee ...”
“Jadi benaran dia ngga paham.”
“He eh.” (ngangguk-angguk)
“Kamu ngga jelasin gitu?”
“Ogah, pengennya dia cari di kamus planet lain sendiri. Usaha dikit napa!”
“Ya, tapi kan kamu doang yang suka bahasa planet lain, Na.”
“Kan biar kompakan kalau sama-sama suka bahasa lain.” (senyum malu-malu)
“Terus dia juga ngga balas surat kamu?”
“Balas sih.”
“Bilang apa dia.”
“Ngga ngerti.”
“Hah, itu sih sama juga bohong. Namanya doang yang ngomongin rasa. Pada hal yang diomongin ngga di jelasin sama dia. Sudah gitu pake bahasa aneh-aneh lagi.”
“Biarin! Kan kamu nyaraninnya cuman ngungkapin, bukan jangan make bahasa planet lain.”
“Cape deh ngomong ama kamu, Na. Udah ah, lapar tau ngomong ngga jelas sama kamu.”
“Ge, tungguin! Ngga ngasih saran lagi?”
“Ogah!”
Ge menjauh. Na bingung. Makanya ngungkapin rasanya yang jelas. Pake masako kek (eh).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun