Saat ini keberadaan content creator memang sedang marak diperbincangkan apalagi kita semua tahu bahwa sosial media semakin berkembang. Para content creator ini bekerja di industri kreatif yang akan menyuguhkan berbagai konten mengenai gaya hidup, kecantikan, humor, wisata, dan masih banyak lagi ide-ide menarik lainnya.
Sekilas bila kita perhatikan, mungkin bekerja sebagai content creator terlihat menyenangkan karena tidak terdapat peraturan khusus yang mengikat harus memberikan informasi apa kepada khalayak, bekerja sesuai dengan minat dan hobi yang memberikan keuntungan, bisa bekerja dimana saja serta kapan saja, dan mendatangkan kepopularitasan tersendiri, namun siapa sangka bahwa ternyata content creator mulai merambah ke dunia jurnalistik dalam memberikan informasi kepada khalayak.
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita simak dahulu bagaimana content creator bekerja sehingga hal ini bisa masuk pula ke dunia jurnalis. Saat ini semakin banyak pertanyaan muncul dimana letak perbedaan antara content creator dan jurnalis?
Pada dasarnya, profesi sebagai seorang jurnalis dan content creator ini sama-sama membuat konten. Namun, jurnalis bekerja dibawah naungan sebuah industri media serta terikat dengan kode etik jurnalistik dan content creator biasanya bekerja untuk sebuah manajemen yang dikelola oleh seorang manajer yang direkrut atas keinginan sendiri.
Secara hukum, apabila terdapat masalah dalam pekerjaannya maka content creator dapat menggunakan UU Hukum Pidana atau UU ITE. Seorang jurnalis dalam membuat berita dan memberikan informasi kepada audiens yang mencakup hampir seluruh kalangan dan segala usia wajib menjaga keakuratan, keseimbangan, dan verifikasi yang sesuai dengan kode etik jurnalistik yang menjadi pedoman dalam bekerja. Berbeda dengan content cretor yang mengunggah sebuah konten untuk menghibur bahkan saat ini mulai mengedukasi hanya bagi target audiens tertentu.
Seorang content creator harus memiliki kreativitas yang tinggi agar bisa menarik perhatian khalayak dan tentu saja kecepatan agar ide yang dimiliki tidak didahulu pesaing lainnya. Ketika ingin menjadi seorang content creator maka diperlukan ketekunan dan keahlian tertentu dalam memilih jenis materi dan media sosial yang akan digunakan.
Hal ini tentu saja menjadi perbedaan dengan seorang jurnalis yang bekerja dengan memperhatikan kecepatan serta keakuratan berita, dalam hal menulis dan mempublikasikan sebuah informasi, seorang jurnalis perlu melewati beberapa jenjang terlebih dahulu dan proses ini bisa saja didahului oleh content creator yang lebih cepat dalam menyebarkan informasi.
Sejak pandemi yang melanda Indonesia, banyak anak muda memilih pekerjaan sebagai seorang content creator karena dinilai lebih menjanjikan dan dapat bekerja dari mana saja serta menghasilkan pundi-pundi rupiah lebih banyak. Kegiatan yang dilakukan kebanyakan secara online pun menjadi faktor utama content creator di Indonesia semakin berkembang dan menjadi pekerjaan paling diminti anak muda saat ini.
Banyaknya minat terhadap pekerjaan ini ternyata cukup menjadi perdebatan sebab banyak masyarakat yang menyatakan bahwa content creator juga bisa menjadi seorang jurnalis. Pada kenyataannya, jurnalis memiliki beban tanggung jawab terhadap masyarakat dalam menyuarakan kebenaran melalui berita yang ditulisnya sementara itu seorang content creator tidak memikul tanggung jawab ini.
Banjirnya informasi di Indonesia tidak menjadikan content creator dan jurnalis memiliki posisi yang sama sebab berita yang dibutuhkan oleh masyarakat bukan hanya berisi hiburan semata namun masyarakat juga memerlukan tulisan atau informasi yang memberikan kebenaran. Melalui kemampuan riset, investigasi, menulis, serta memahami kaidah-kaidah jurnalistik dan memiliki kemampuan khusus menjadikan seorang jurnalis tetap dipandang sebagai profesi yang menerbitkan produk pers melalui media massa dan berbadan hukum.
Dalam menjalankan masing-masing profesi ini, seorang jurnalis juga harus memiliki sudut pandang baru dan terbuka seperti layaknya seorang content creator, jurnalis juga perlu memberikan warna-warna baru yang kreatif terhadap berita yang ditulisnya agar berita ini juga dilirik oleh semua kalangan.
Content creator bisa saja menjadi ancaman bagi seorang jurnalis sebab konten-konten yang diciptakan lebih menarik dan bervariasi, namun nilai dari berita atau informasi yang diberikan tetap lebih unggul seorang jurnalis. Tetapi hal ini tidak bisa dianggap remeh, sebab seorang content creator juga bisa mengikuti perkembangan dan belajar tentang banyak hal demi kepentingan dirinya agar tetap bertahan dalam persaingan yang ada.
Saat ini industri media juga sudah mulai mengembangkan beritanya yang meliputi banyak topik seperti gaya hidup, games, teknologi, musik, film, dan masih banyak lagi untuk menjaga eksistensinya agar tidak redup akibat hadirnya content creator ini. Oleh sebab itu, apabila content creator dirasa memiliki kemampuan dan menguntungkan bagi industri media maka tidak ada salahnya jika menjadi mitra dalam memberikan informasi kepada masyarakat.
Menjadi mitra dan bekerja sama bukan berarti saling mengambil alih pekerjaan satu sama lain, tetap akan ada porsi masing-masing profesi atau pekerjaan ini. Hal ini dirasa perlu untuk dilakukan supaya bisa menarik minat masyarakat dalam membaca berita yang menarik, variatif, tetapi tetap informatif dan memiliki nilai berita yang baik serta sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Kehadiran content creator ini diharapkan dapat memudahkan dan membantu para jurnalis sebab seringkali mengutamakan kepentingan masyarakat dalam memperoleh informasi. Sering kali informasi yang disampaikan berdasarkan pengamatan dan pemahaman atas apa yang sedang diperbincangkan oleh netizen atau masyarakat. Seperti yang kita tahu, saat ini banyak sekali berita atau informasi mengenai ramalan zodiak, life hack, gosip, sinetron, film, dan sebagainya yang dianggap untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
Content creator yang cukup terkenal dikalangan anak muda saat ini yaitu Karin Novilda atau yang kerap disapa Awkarin. Saat ini akun instagramnya dibanjiri dengan postingan yang membahas isu-isu terkini. Berbeda dengan berita yang ditulis seorang jurnalis, Awkarin mengemas konten-kontennya dengan gambar, foto, video, serta backsound yang menarik agar audiens merasa terhibur meskipun isu yang dibahas cukup serius.
Melalui konten yang hadir mewarnai media online kita saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia tetap memerlukan media massa yang menyajikan berita secara akurat dan mendalam. Riset serta proses panjang yang dilalui oleh profesi jurnalis tetap tidak bisa digantikan oleh konten-konten yang diciptakan oleh content creator di akun sosial medianya.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini menjadikan jurnalis semakin kreatif dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada dalam menulis berita, masyarakat pun bisa dengan mudah mengakses dan membaca berita tersebut melalui akun media sosial yang dimiliki oleh industri media. Berita yang disajikan ini kemudian tidak hanya dibaca oleh masyarakat tapi selanjutnya sering kali dibahas lebih lanjut oleh pekerja media lainnya seperti content creator yang disebut-sebut sebagai saingan para jurnalis.
Berdasarkan hasil survei Kompas, sebanyak 51,4% masyarakat menganggap konten-konten yang disajikan oleh content creator hanya untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan kebosanan akibat pemberitaan yang kadang dianggap terlalu serius. Survei yang dilakukan oleh Reuters Insititute yang bekerja sama dengan Universitas Oxford yang membahas mengenai pola konsumsi berita dan pasar digital secara global dalam Digital News Report 2022 menjelaskan bahwa CNN berada di posisi teratas dari media yang dipercaya di Indonesia dengan presentase sebesar 66%. Berdasarkan hasil survei tersebut, masyarakat Indonesia diyakini masih memilih media massa online sebagai sumber berita dan informasi.
Daftar Pustaka
Masyarakat Indonesia Masih Jadi Sekadar Penikmat Konten Digital. (2021, April 3). Kompas.id. Dikutip dari https://www.kompas.id/baca/riset/2021/04/03/masyarakat-indonesia-masih-jadi-sekadar-penikmat-konten-digital
Survei Reuters: 68 Persen Masyarakat Indonesia Mengakses Berita dari Medsos Halaman all - Kompas.com. (2022, June 17). KOMPAS.com. Dikutip dari https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/17/153126682/survei-reuters-68-persen-masyarakat-indonesia-mengakses-berita-dari?page=all
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H