Gagasan ketiga adalah bahasa. Lacan sebenarnya menekankan urgensi bahasa sebagai media penghubung antara Diri dan ketaksadaran terutama pada fase simbolis. Lacan membedakan antara “the Symbolic-Je” dengan “the Imaginary-Moi” (dalam bahasa Prancis, “je” yang berarti " saya" merujuk pada subyek, dalam bahasa Inggris = I, sementara “moi” adalah diri obyek atau “me”).
“The Symbolic-Je” adalah ketaksadaran, sedangkan “the Imaginary-Moi” adalah kesadaran.
The Symbolic-Je merupakan fase Diri mengenal dirinya melalui serangkaian simbol bahasa seperti nama panggilan, nama benda, dan lain sebagainya. Pada satu sisi, bahasa merupakan wujud identitas Diri individu, di sisi lain ia menjadi ekspresi yang sosial.
Diri mengenal dan memperkenalkan dirinya melalui bahasa. Diri pun mengenal yang lain dan berkomunikasi melaluinya.
Tapi bahasa menyembunyikan Diri juga. Diri an sich bersembunyi di balik label nama. Diri tidak mampu mengenal dirinya tanpa bahasa. Alih-alih bagi Lacan bahasa mempertegas kekurangan Diri.
Jika pada fase imajiner, Diri memahami dirinya melalui orang lain. Pada fase simbolis, Diri membutuhkan bahasa untuk memahami dirinya.
Dalam the Symbolic-Je, bahasa menghubungkan Diri dengan ketaksadaran, bahkan mempraktikkan ketaksadaran itu. Dorongan kebutuhan organis dalam Diri dinikmatinya melalui representasi bahasa atau tanda, tidak langsung dan parsial.
Posisi Diri dikonstitusi oleh bahasa di mana Diri menemukan dirinya sebagai entitas simbolis (Diri BW dan seseorang yang bernama BW).
Menurut Lacan, bahasa meretakkan dimensi psikis Diri menjadi Aku Individual dan Aku Gramatikal . Aku individual adalah penutur (subject of enunciation) sedangkan Aku gramatikal adalah aku dalam tuturan (subject of enunciated). Jadi dalam bahasa, Diri terbelah dua: antara Diri yang berbicara dan Diri yang dibicarakan.
Aku gramatikal merupakan pengganti kehadiran Aku individual. Pemahaman dan penerimaan terhadap keretakan psikis ini yang mengukuhkan identitas Diri. Pada satu sisi, Diri menegasi dirinya melalui kode gramatikal, di sisi lain Diri berusaha menyatukan kembali kepingan dirinya melalui kode gramatikal yang telah mengganti kehadiran Diri individualnya.
Gagasan lain yang penting dalam psikoanalisa adalah seksualitas. Freud mengatakan seksualitas merupakan insting alamiah manusia. Pergulatan antara melampiaskan insting purba itu dengan ancaman yang membatasinya. Pergulatan ini yang menyisakan trauma psikis karena elemen-elemen terlarang dalam Diri tidak bebas dilakukan.