Mohon tunggu...
Philipus Dellian Agus Raharjo
Philipus Dellian Agus Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang ingin menjadi kawan seperjalanan anda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekuntum Mawar Sejuta Kisah

24 Juni 2016   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2016   14:18 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rose window bagian utara Gereja Katedral Notre Dame, Paris (sumber : https://enthusiastical.wordpress.com/2013/05/03/southern-rose-window-notre-dame-paris/)

Beberapa minggu yang lalu melalui whatsapp adik saya menanyakan, kalau-kalau saya berminat pada budidaya mawar semi holland. Dia menawari saya karena selama ini sepetak tanah milik keluarga yang ada di daerah Bandungan, Kabupaten Semarang, hanya ditanami sayuran, dan bunga krisan.

Saya balik bertanya, mengapa harus mawar semi holland? Saya jadi ingat ladang nenek di lereng Merapi yang ditanami mawar pada bagian tepi. Mawar lokal, bukan mawar semi holland. Saat musim kemarau yang tidak terlalu kering, biasanya mawar-mawar lokal itu berbunga dengan ukuran yang lumayan besar. Apakah mawar semi holland juga seperti itu?

Penasaran karena belum pernah menanam mawar semi holland, maka saya menanyakan hal itu pada Mbah Gugel. Ternyata kenampakan mawar semi holland memang cantik. Hanya saja memerlukan untuk budidaya mawar semi holland perlu perawatan ekstra dibanding mawar lokal.

Mawar, bisa dibilang adalah “Ratu Bunga”. Boleh saja orang menyukai bunga melati, bunga anggrek, bunga tulip, bunga lili, bunga krisan, bunga aster, dan seterusnya, kendati demikian kehadiran dan posisi mawar di antara penggemar bunga tetap tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kata ‘mawar’ yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia menurut para munsyi berasal dari bahasa Arab, ‘wardatun’, ‘wardani’, ‘wardah’. Di dalam budaya kita bunga mawar menempati posisi cukup penting. Lihat saja kehadiran bunga mawar pada prosesi pernikahan, peresmian suatu gedung, dan juga pada prosesi pemakaman, serta saat orang melakukan ziarah ke makam leluhur atau pahlawan bangsa.

Orang-orang berbahasa Perancis, Jerman, Inggris, Denmark, dan Norwegia menyebut ‘mawar’ sebagai ‘rose’. Orang-orang berbahasa Italia, Spanyol, dan Portugis menyebut ‘mawar’ sebagai ‘rosa’. Orang-orang berbahasa Rusia menyebut ‘mawar’ sebagai ‘roza’. Sedangkan orang-orang berbahasa Belanda menyebutnya sebagai ‘roos’, orang-orang Irlandia menyebutnya ‘ros’, orang-orang Wales menyebutnya ‘rhosyn’.


Salah satu pulau milik Yunani yang bernama Rhodes, terletak di seberang Anatolia, Turki, konon juga mendapat nama dari banyaknya bunga mawar di pulau tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa nama itu diberikan karena ada kuil dewa matahari, Helios, di Rhodos. Perlu diketahui, mawar adalah bunga yang dipersembahkan oleh bangsa Yunani Kuno kepada Helios. Dalam bahasa Yunani ‘mawar’ adalah ‘rhodon’ (ρόδον).

Menurut dongeng Romawi Kuno pada mulanya tidak ada bunga mawar merah. Kemudian pada suatu hari Venus (dewi kecantikan, kesuburan, dan asmara bangsa Romawi Kuno) telapak kakinya tertusuk duri mawar putih. Darah dari telapak kaki Venus melumuri mahkota bunga mawar putih. Sejak saat itulah tercipta bunga mawar merah.

Sejarah mawar pun tak kurang kunonya dibanding peradaban manusia. Bunga mawar adalah tanaman asli Asia Tengah sejak 70 juta tahun silam, yang kemudian menyebar ke seluruh sudut-sudut dunia.

Heliogabalus, kaisar Romawi, erat kaitannya dengan bunga mawar. Heliogabalus-lah yang memulai pertama kali prosesi menaburkan bunga mawar dari langit-langit kepada para tamu yang datang ke pesta pora yang diselenggarakannya. Saking banyaknya bunga mawar yang ditaburkan, tak jarang ada beberapa tamu yang tewas kehabisan nafas karena tertimbun mawar.

Pada zaman Romawi Kuno ada event yang disebut festival bunga mawar. Diceritakan, bahwa saat festival bunga mawar berlangsung bunga-bunga mawar ditaburkan di jalan-jalan, pada patung-patung dewa dan kaisar, dan peserta festival mengenakan karangan bunga mawar sebagai hiasan di kepala mereka. Segala menu makanan dan minuman yang disajikan selama festival juga mengandung bunga mawar.

Kemudian dari Inggris kita tahu, bahwa pada abad ke-15 terjadi perang antara dua keluarga bangsawan, yakni Keluarga York dan Keluarga Lancaster. Lambang Keluarga York adalah bunga mawar putih, sedangkan lambang Keluarga Lancaster adalah bunga mawar merah. Perang untuk memerebutkan takhta Inggris itu berlangsung dari tahun 1455 hingga tahun 1487, dikenal sebagai Wars of the Roses, yang di-Indonesia-kan menjadi Perang Mawar.

Bila Anda pernah belajar bahasa Latin, Anda akan menjumpai frasa sub rosa. Frasa sub rosa secara harfiah adalah ‘di bawah mawar’. Namun kata itu mengandung arti ‘rahasia’, ‘dilakukan diam-diam’, ‘secara rahasia’. Bagaimana mulanya mawar dikaitkan dengan rahasia? Menurut Romawi Yunani Kuno, Venus terlibat skandal percintaan – yang celakanya diketahui oleh Harpocrates, sang dewa kesunyian. Sebagai imbalan agar Harpocrates tidak menyebarluaskan skandal itu, maka Cupid – dewa hasrat asmara yang juga adalah anak Venus – memberi Harpocrates sekuntum bunga mawar. Dengan demikian skandal Venus tetap menjadi rahasia. Demikian konon asal mula munculnya frasa sub rosa, rahasia. Dalam bahasa Inggris moderen pun frasa sub rosa memiliki arti yang sama: happening or done in secret.

Harpocrates, Dewa Kesunyian (sumber : wikipedia)
Harpocrates, Dewa Kesunyian (sumber : wikipedia)
Bunga mawar juga memiliki arti penting bagi umat Nasrani, khususnya umat Katolik. Bunga mawar bagi umat Katolik erat kaitannya dengan Santa Perawan Maria karena mawar adalah lambang keperawanan. Bagi umat Katolik Maria adalah ‘Sang Mawar Tak Berduri’. Umat Katolik juga punya doa kesayangan, yaitu doa Rosario. Menilik dari namanya saja sudah terlihat kaitannya dengan bunga mawar, rosa. Untaian manik-manik pada rosario (tasbih) diumpamakan sebagai mahkota bunga mawar, Crown of Roses, yang dalam bahasa Jerman rosario dinamakan rosenkranz. Kranz, karangan bunga (Ingg. garland, wreath).

Manik-manik rosario (sumber : http://heartsofjesusandmary.com/questions-and-answers-about-the-rosary-pt-1/)
Manik-manik rosario (sumber : http://heartsofjesusandmary.com/questions-and-answers-about-the-rosary-pt-1/)
Masih dalam khazanah Gereja Katolik, bangunan-bangunan katedral pada zaman dulu yang bergaya Gothic selalu dilengkapi dengan rose window (harf.: jendela mawar). Yang dimaksud dengan rose window adalah jendela besar yang berbentuk bundar. Biasanya kaca-kaca jendela itu dibuat dengan teknik kaca-patri yang rumit namun indah. Keberadaan rose window ini juga berkaitan dengan Santa Perawan Maria. Di Indonesia Anda dapat melihat keberadaan rose window ini pada gereja Katedral Jakarta, Katedral Malang, Katedral Bandung, dan beberapa gereja Katolik lainnya.

Rose window bagian utara Gereja Katedral Notre Dame, Paris (sumber : https://enthusiastical.wordpress.com/2013/05/03/southern-rose-window-notre-dame-paris/)
Rose window bagian utara Gereja Katedral Notre Dame, Paris (sumber : https://enthusiastical.wordpress.com/2013/05/03/southern-rose-window-notre-dame-paris/)
Tadi sempat saya singgung, bahwa mawar adalah tanaman asli Asia Tengah. Jika Anda membuka peta, negara-negara yang terletak di Asia Tengah dikelilingi atau berbatasan dengan Iran, Afganistan, Pakistan, China, Rusia, dan Turki. Dari dongeng Persia (Iran) dikisahkan, bahwa butir-butir keringat yang jatuh dari dahi Nabi Muhammad SAW berubah dan tumbuh menjadi bunga mawar.

Dalam bahasa Persia Kuno, kata untuk ‘mawar’ adalah ‘gul’ atau dalam bahasa Turki disebut ‘gül’. Sementara di Azerbaijan kata ‘gul’ menjadi ‘kul’. Kata ‘gul’ ini tetap bertahan di Iran sampai sekarang dengan arti yang sama, ‘mawar’. Kata ‘gul’ kemudian diserap dalam bahasa Inggris sebagai nama motif karpet yang mengandung bentuk bunga mawar, baik yang sudah distilir (mengalami stilasi, menggayakan) maupun tidak dibentuk stilir.

Motif karpet gul yang belum distilir (sumber : http://mekikcarpet.com/category/49-pa-intermingled-carpets.aspx)
Motif karpet gul yang belum distilir (sumber : http://mekikcarpet.com/category/49-pa-intermingled-carpets.aspx)
Beberapa motif karpet gul yang sudah distilir (sumber : https://id.pinterest.com/pin/507288345499156581/)
Beberapa motif karpet gul yang sudah distilir (sumber : https://id.pinterest.com/pin/507288345499156581/)
Ada seorang Persia terpelajar kelahiran Shiraz, Iran, yang dididik di Baghdad, Irak, bernama Sa’di atau Saadi Shirazi. Beliau hidup pada abad ke-13 dan menghasilkan karya sastra klasik gemilang yang bernuansa sufisme diberi judul Gulistan. Judul itu berarti ‘Kebun Mawar’. Tulis Sa’di dalam bukunya:

Of what use will be a dish of roses to thee?
Take a leaf from my rose-garden.
A flower endures but five or six days
But this rose-garden is always delightful.

Terjemahan bebas:

Apa artinya seikat bunga untukmu?
Ambillah sehelai daun dari kebun mawarku.
Sekuntum kembang biasanya hanya bertahan lima enam hari
namun kebun mawar ini akan senantiasa berkilauan cahayanya.

Gulistan (sumber : http://cericerichan.blogspot.co.id/2014/12/5-tokoh-sastra-sufistik-dari-persia.html)
Gulistan (sumber : http://cericerichan.blogspot.co.id/2014/12/5-tokoh-sastra-sufistik-dari-persia.html)
Ada banyak karya sastra yang diilhami dari/oleh dan mengandung frasa bunga mawar. Di antaranya adalah William Shakespeare dalam karyanya Romeo and Juliet. Di situ Shakespeare menuliskan: What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet (Apalah arti sebuah nama? Seandainya engkau memberi nama lain pada bunga mawar, toh [ia] akan tetap berbau harum).

Kemudian pada tahun 1922 terbitlah puisi yang ditulis Gertrude Stein pada tahun 1913. Puisi itu berjudul Sacred Emily. Pada bagian puisinya, Stein menuliskan:

Rose is a rose is a rose is a rose
Loveliness extreme.

Extra gaiters,

Loveliness extreme.

Sweetest ice-cream.

Pages ages page ages page ages.

Di abad ke-20 Umberto Eco menghasilkan salah satu karya berupa novel berlatar belakang kehidupan dalam biara pada masa Abad Pertengahan Tinggi, judulnya Il nome della rosa, atau dalam bahasa Inggris The Name of the Rose. Eco sendiri menggunakan kata rosa, mawar, dengan maksud bahwa mawar adalah sebuah simbol, figur simbolis yang memiliki berbagai macam arti hingga tidak ada lagi arti yang tersisa.

Bunga mawar memang tak akan pernah selesai untuk dikisahkan. Akan ada dan selalu ada lagi kisah bunga mawar dalam berbagai bentuk. Hingga selesainya tulisan ini, saya belum bisa mengambil keputusan apakah tawaran adik saya untuk membudidayakan mawar semi holland akan saya jalani atau tidak.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun