Gempita Moto GP 2015 telah berakhir dengan menempatkan Jorge Lorenzo sebagai kampiun. Pembalap Yamaha Movistar itu berhasil menaklukan sirkuit Ricardo Tormo hampir tanpa kesulitan yang berarti. Tak ada duel seru yang terjadi antara dia dengan rider terdekatnya Marc Marquez. Sepanjang balapan, prestasi terbaik Baby alien hanya berada 0,2 detik di belakang rekan senegaranya itu. Suatu hal yang kemudian mencuatkan kecurigaan di kalangan penikmat balap motor. Marquez yang biasanya tampil agresif dan berani ambil resiko, sepertinya tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya di Valencia.Â
Di samping itu, duel seru justru terjadi di barisan belakang. Valentino Rossi yang memulai pertandingan dari urutan paling belakang, berhasil menyalip 22 pebalap lainnya untuk finish di peringkat ke-4. Luar biasa.. Sebuah kata yang memang layak dialamatkan bagi pebalap Italia itu. Meski hanya berhasil finish di peringkat keempat, dia tetaplah juara di hati para penggemarnya.
Memang hukuman start paling akhir yang dijatuhkan bagi Rossi juga bukan tanpa alasan. Dia dituding melakukan sebuah manuver berbahaya yang mengakibatkan jatuhnya Marquez kala bertanding di sirkuit Sepang Malaysia. Tidak ada alasan apapun yang bisa dijadikan pembenaran sebuah perbuatan yang membahayakan nyawa orang lain. Mungkin itu alasan Otoritas Moto GP tetap menjatuhkan hukuman berat meski banyak dukungan mengalir untuk Rossi.
Memulai pertandingan dengan surplus 7 poin di atas Lorenzo, Rossi, harus finish minimal di peringkat kedua jika ingin memboyong gelar juara dunianya yang kesepuluh. Namun misi hampir mustahil harus dihadapi oleh The Doctor. Karena sanksi yang begitu berat, dia hampir saja mengundurkan diri dari pertandingan terakhir di Valencia. Salut, karena pada akhirnya dia berani menghadapi misi itu.
Meski gagal membawa pulang gelar juara, Rossi tetap dielu-elukan sebagai seorang pemenang. Malahan komentar miring bermunculan dan dialamatkan bagi sang juara Jorge Lorenzo bersama runner up Marc Marquez. Mereka berdua bersama Dani Pedrosa dituduh menjalin konspirasi untuk memuluskan jalan lorenzo menjadi juara. Tuduhan yang memang beralasan meski juga tidak didukung bukti-bukti yang kuat.  Â
Membantu pebalap lain, apalagi dari tim yang berbeda tentunya adalah hal yang tabu di dunia balap motor. Hal itu tentunya akan menciderai spirit sportifitas dalam dunia olahraga. Namun pebalap juga manusia. Bagi Marquez yang ketika itu tidak memiliki peluang juara lagi, membantu rekan senegaranya menjadi opsi yang masuk akal. Apalagi hubungan personalnya dengan Valentino Rossi sedang memanas akibat insiden di sirkuit Sepang. Adanya motif balas dendam itu pun menjadi dasar munculnya kecurigaan konspirasi Spanyol.Â
Kini perhelatan sudah berakhir dan tak ada yang perlu disesali dari itu semua. Rossi gagal bukan karena konspirasi Spanyol, melainkan karena kegagalannya menjaga emosi kala beradu dengan Marquez. Akan lain ceritanya jika seandainya Rossi tidak harus start di posisi buncit.
Mungkin bagi Rossi, Marquez memang menyebalkan. Namun dia tetaplah musuh yang harus disegani. Rossi tidak berhasil menjaga hubungan dengan lawannya dan dia harus membayar harganya. Mungkin ada benarnya pepatah yang mengatakan "Keep your friends close but your enemy closer." Seberapa pun menjengkelkannya lawan, tetaplah berusaha menjaga hubungan baik sehingga kita bisa senantiasa waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H