Alkisah di sebuah hutan, tinggallah sekelompok kera. Mereka hidup dengan nyaman dan berkecukupan. Pohon-pohon buah banyak sekali ditemukan di situ. Hingga suatu ketika, serbuan hama tanaman membuat pohon-pohon mulai mengering dan mati. Sang pemimpin kera pun mengumpulkan kelompoknya untuk membicarakan rencana yang akan mereka lakukan agar dapat bertahan hidup.Â
"Hutan ini telah menjadi rumah yang nyaman bagi kita semua. Namun serangan hama belakangan ini telah membuat pohon-pohon mati. Kita harus memikirkan cara untuk tetap bertahan hidup." Ujar sang pemimpin kera. "Kita harus pergi dari sini!" Seekor kera lain menyahut menimpali. "Tapi bagaimana kita bisa menyeberangi sungai besar itu?"
Hutan itu dilewati oleh sebuah sungai yang besar dan dalam. Bagi bangsa kera yang tak mahir berenang, menyeberangi sungai sama halnya dengan percobaan bunuh diri. Pertemuan itu pun berlangsung dengan ricuh tanpa adanya solusi. Sebelum para kera mulai bertengkar satu dengan yang lain, sang pemimpin kera akhirnya berkata. "Kemarin aku melihat ada seorang manusia yang datang ke sini dengan menggunakan sampan. Malam ini kita akan pergi menyeberangi sungai dengan mencuri sampan itu!"
Pertemuan itu pun berakhir dan mereka pun kembali ke kediamannya masing-masing untuk beristirahat sambil mempersiapkan diri bagi keberangkatan mereka nanti malam.
Malam pun tiba dan seluruh kera pergi menyeberangi sungai dengan sampan yang mereka curi dari seorang manusia. Namun seekor kera malang tertinggal di situ. Dia masih tertidur pulas dan tidak menyadari kepergian kawan-kawannya. Menjelang pagi, dia pun terbangun dengan kaget. Kera itu segera berlari dan melompat dari pohon ke pohon secepat mungkin sambil berharap masih dapat mengejar teman-temannya.
Namun untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Sang kera hanya dapat menyaksikan kawan-kawannya sudah berada di seberang sungai. Dia pun berteriak-teriak memanggil, namun sungai itu terlalu besar dan suaranya sama sekali tak terdengar.Â
Putus asa, kera malang itu hanya bisa berteriak dan melompat-lompat dari satu pohon ke pohon yang lain hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. "BUKK!!" Tiba-tiba sebuah suara benda jatuh membangunkannya dari tidur. Dia pun melihat sekeliling dan menemukan satu buah kelapa terjatuh tak jauh dari peristirahatannya. Ternyata ia masih cukup beruntung untuk dapat menemukan setidaknya satu pohon kelapa yang masih berbuah.
Kera itu segera mengambil buah kelapa itu dan memakannya dengan lahap. Untunglah masih ada buah kelapa ini pikirnya. Dia pun memutuskan untuk tinggal di atas pohon kelapa sambil memakan buahnya untuk bertahan hidup. Namun, persediaan buah kelapa itu pun terbatas dan hari demi-hari terus berkurang. Karena takut dan kesepian, si kera pun seringkali menangis sendirian. Suara tangisannya bergaung memecah keheningan malam.
Suatu hari, lewatlah seekor berang-berang ketika sang kera sedang makan dengan lahap. Berang-berang itu pun membuat gerakan seperti meminta buah kelapa. Terang saja sang kera menolak dan mengusir berang-berang itu pergi lalu kembali menikmati makanannya. "Enak saja dia mau meminta makananku. Untukku sendiri saja tidak akan cukup." Begitu pikir si kera.
Keesokan harinya seekor berang-berang lain datang dan meminta lagi buah kelapa yang sedang dimakan oleh si kera. Dengan kesal, kera itu pun mengusirnya lagi. "Huh, buah ini hanya cukup untuk dua hari lagi. Mana mungkin aku membaginya untuk binatang lain."
Namun keesokan harinya, seekor berang-berang kembali datang dan meminta buah kelapa dari si kera. Sang kera pun menjadi sangat kesal dan frustasi. Dia tahu, besok adalah hari terakhir baginya dapat menyantap buah kelapa itu, dan dia sama sekali belum tahu bagaimana cara menyusul teman-temannya.