Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hamas Menyerang dan Penggunaan Teror terhadap Sipil

9 Oktober 2023   19:55 Diperbarui: 10 Oktober 2023   11:02 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2001, Hamas kembali melakukan serangan bom bunuh diri di sebuah klub malam di Tel Aviv, menewaskan 21 orang dan melukai lebih dari 120 orang. 

Pada tahun 2003, serangan bom bunuh diri di sebuah restoran di Haifa, menewaskan 21 orang. Setahun setelahnya, bom bunuh diri di sebuah stasiun bus di Beersheba, menewaskan 16 orang. Pada tahun 2006, serangan bom bunuh diri di sebuah kafe di Tel Aviv, menewaskan 11 orang.

Selain itu, tidak terhitung berapa kali organisasi yang diyakini didanai Iran itu telah melakukan serangan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel sejak tahun 2001. Serangan-serangan itu telah menyebabkan banyak kematian dan tragedi pada warga sipil di wilayah tersebut.

Perjuangan Hamas adalah sebuah revolusi katanya. Mereka menginginkan perubahan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Cita-cita mereka adalah punahnya the Jewish state dan semua orang Yahudi. Mereka adalah penjajah, sehingga perjuangan mereka adalah perjuangan suci demi keadilan dan kemerdekaan. Namun, sejauh mana teror terhadap warga sipil dapat dihalalkan demi kemerdekaan?

Penggunaan teror terhadap sipil dalam perang nyatanya merupakan pelanggaran terhadap hukum perang internasional. Konvensi Jenewa IV tahun 1949 menegaskan bahwa warga sipil harus dilindungi dan tidak boleh menjadi sasaran serangan militer. Konvensi itu juga melarang penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan apa pun terhadap warga sipil. Wanita dan anak-anak manalah berdaya melawan tentara bersenjata lengkap.

Akan tetapi, penerapan teror sepertinya tergantung pada selera pemimpin dalam perang. Jenderal William T. Sherman dari Amerika Serikat dikenal dengan kampanye "Total War"-nya selama Perang Saudara. Ia membenarkan pasukannya melakukan taktik-taktik barbar seperti membakar desa-desa untuk menakut-nakuti musuh. Ia percaya bahwa penggunaan teror adalah taktik militer yang efektif untuk memenangkan perang dengan cepat.

Jenderal MacArthur memiliki pandangan yang bertolak belakang. Penggunaan teror bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan etikanya. Selain itu, menurut MacArthur, taktik teror tidak akan efektif dalam jangka panjang. Itu hanya akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis yang besar pada warga sipil dan memperpanjang durasi konflik. Ia percaya bahwa taktik militer yang lebih efektif adalah memenangkan hati dan pikiran warga sipil, bukan menakut-nakuti mereka.

Revolusi melenyapkan hati nurani atau tidak tergantung pada oknum yang berperan. Ketika sekelompok revolusioner Rusia berencana membunuh seorang pejabat Rusia yang korup dan kejam, Ivan Kaliayev mendapat mandat untuk melaksanakan operasi pembunuhan itu. Itu adalah plot dalam Les Justes, sebuah sandiwara yang ditulis oleh Albert Camus pada tahun 1949. Namun, ketika Kaliayev melihat bahwa targetnya membawa anak-anaknya bersamanya, ia tidak jadi melemparkan bom yang telah ia siapkan.

Keputusan Ivan Kaliayev  didasarkan pada prinsip moralnya yang kuat. Ia menganggap bahwa membunuh orang yang tidak bersalah tidak dapat dibenarkan, sekalipun mereka sedang memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan.

Roh Ivan Kaliayev bangkit kembali dalam diri Jason Bourne, tokoh jagoan dalam film "The Bourne Supremacy" yang dirilis pada tahun 2004. Sebagai agen rahasia Amerika, Bourne (diperankan oleh Matt Damon) telah menyiapkan senjata untuk membunuh Nykwana Wombosi, seorang tokoh politik Afrika. Namun, ketika ia melihat bahwa anak-anak Wombosi sedang bersamanya, ia urung melaksanakan niatnya. Keputusan tersebut harus ia bayar mahal karena sejak saat itu ia menjadi target pembunuhan agen-agen rahasia Amerika lainnya.

Menahan nafsu dan mengikuti hati nurani selalu menuntut harga yang mahal. Menculik dan menyiksa warga sipil, memamerkan kekuatan di hadapan orang-orang yang tak berdaya, merupakan jalan yang lebih mudah. Manusia selalu diperhadapkan dengan dua jalan ini. Ia harus memilih sebab masing-masing membawa ke tempat yang berbeda. Lebarlah jalan menuju kebinasaan, tetapi sempitlah jalan menuju kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun