Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Waspadai Bias Komunikasi di Balik Simbol Jari Bintang Baliho

23 September 2023   07:00 Diperbarui: 27 September 2023   17:45 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deretan baliho-baliho caleg di kawasan Palmerah Jakarta Barat  (Sumber: Kompas.tv/Iman Firdaus) 

Lambang Metal-- bukan akronim "Merawat Total"-- berawal dari simbol "devil horns" pada masa kejayaan black metal di Amerika Serikat. Telunjuk dan kelingking ke atas; jari tengah dan manis mencium jempol. Para fans memuja dewa rock mereka dengan mengangkat formasi jari tersebut. Wabah Covid-19 memodifikasinya menjadi "I love U".(4) Kepala daerah atau caleg tertentu di Indonesia gemar memeragakannya sedikit miring di depan dada. Dalam pikirannya, "Lihat nih, gue suka musik metal. Artinya, gue orangnya gaul. Ayo guys, pilih gue." Anak kecil di dalam angkot menyeletuk, "Ayah, om itu masih suka main pesawat-pesawatan ya."

Pelajaran yang didapat adalah waspada bias komunikasi. Calon pemilih bisa saja menangkap pesan yang berbeda dengan yang ada di kepala sang capres, caleg, atau cakada. Tangan terkepal di udara: "Sekarang sudah 17 Agustus lagi ya?" Salam komando: "Army wannabe." Jempol dan telunjuk membentuk lingkaran: "Nilainya nol." Lingkarannya di depan mata: "Antek-antek Iluminati." Tangan bersedekap: "Dia menutupi perutnya yang buncit." Lipat tangan di depan dada: "Dia suka berpangku tangan atau menyepelekan segalanya." Lengan diselempangkan ke bahu: "Mantan pegawai Indomaret." Hormat grak: "Militer kembali memimpin sipil." Bias-bias semacam itu tentu menghasilkan pengambilan keputusan yang "jauh panggang dari api".

Tujuan pemilihan umum cuma satu: mencari birokrat yang ahli mengambil keputusan. Tangan mereka nantinya akan dipakai untuk membubuhkan tanda tangan, merevisi rancangan undang-undang, menginterupsi ketua rapat, menjabat tangan investor, dan masih banyak lagi. Jangan sampai rakyat tertipu, memilih pengambil keputusan yang tidak becus.

Di dalam bukunya, The History of Java, Thomas Stamford Raffles mengutip laporan Hogendorp, orang Belanda yang tinggal di Jawa sebelum masuknya Inggris. Katanya, raja-raja daerah (atau bupati) di sana umumnya adalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa. Mereka cuma mengisap darah kehidupan rakyat sebanyak-banyaknya demi kenikmatan mereka atau atasan mereka. Laporan tersebut acap terulang sejak zaman Reformasi. Para bintang baliho yang kerap menampilkan gestur-gestur rendah hati mendekati level babu sebelum pemungutan suara, nantinya menjadi raja-raja daerah yang buas tak tahu diuntung. Kepada oknum-oknum demikian, bolehkah kita mengacungkan jari tengah?

Jangan cepat menghakimi, Bung. Ingat lagu Sekolah Minggu yang bena ini: "Hati-hati gunakan tanganmu / Karena Bapa di surga s'lalu lihat ke bawah / hati-hati gunakan tanganmu." Itu lebih benar lagi setelah kita menyadari bahwa tangan berbicara. Itu membuka dan menutup untuk mengutarakan gagasan di kepala kita.

Apakah tangan Anda masih membuka dan menutup? Jalal-ud-din Rumi, sufi penyair itu pernah berkata, "Tangan kita senantiasa membuka dan menutup. Seandainya tanganmu selalu mengepal atau terbuka lebar, itu berarti engkau cacat. Bahkan dalam hal-hal kecil, kehadiran kita selalu mengerut dan memuai. Keduanya seimbang secara indah dan bekerja sama layaknya dua sayap burung."(5)

(1) Para penggemar Hunger Games kumpul di sini: https://thehungergames.fandom.com/wiki/Three_Finger_Salute.

(2) Intinya, Mbak Vanessa nan rupawan bilang bahwa para pembicara TED Talk "pecundang", yang rata-rata cuma ditonton 124 ribu orang, menampilkan 272 gestur tangan selama 18 menit. Sedangkan, para pembicara fenomenal, yang mengantongi view 7 jutaan menggunakan rata-rata 465 gestur tangan! Baca https://www.scienceofpeople.com/secrets-of-a-successful-ted-talk.

(3) https://www.businessinsider.com/hand-gestures-offensive-countries-world-2017-6#devil-horns-are-a-common-and-innocuous-hand-gesture-in-the-us-4.

(4) https://englishlive.ef.com/blog/english-in-the-real-world/hand-gestures.

(5) Ada banyak sumber rujukan atas kutipan ini. Saya mengambilnya dari https://www.goodreads.com/quotes/9465492-your-hand-opens-and-closes-and-opens-and-closes-if.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun