Bagi sebagian orang, bulan Agustus identik dengan berburu promo diskon. Di bulan ini hampir semua waralaba menawarkan promo 17-an, secara daring atau luring. Dulu, promo itu hanya berlaku untuk produk kendaraan bermotor.
Ini tentu berita baik bagi generasi urban yang semakin konsumtif. Walau penghasilan tetap sama, berkat diskon, mereka dapat membeli lebih. Pikir mereka, hidup adalah proses untuk memiliki lebih (more), dan promo diskon adalah kesempatan untuk panjat status.
Fenomena ini pertama kali diamati oleh Thorstein Veblen, seorang ekonom abad 19. Di zamannya, ia mulai melihat orang-orang membeli barang-barang untuk meningkatkan derajat sosial dan gengsi. Tujuan hidup mereka satu: mempunyai lebih banyak.
Akibatnya, orang-orang modern di negara merdeka justru terpenjara. Mereka terjebak dalam kompetisi untuk membeli dan menyimpan lebih banyak. Bila tidak menjadi yang terbanyak, mereka akan merasa kecil hati.
Orang-orang modern di negara merdeka justru terpenjara. Mereka terjebak dalam kompetisi untuk membeli dan menyimpan lebih banyak. Bila tidak menjadi yang terbanyak, mereka akan merasa kecil hati.
Karena itu, segelintir orang memilih arus yang berlawanan. Mereka ingin merdeka dari konsumerisme. Bagi mereka, Less is the new more. Komunitas ini disebut "kaum minimalis".
Bahagia Itu MinimalisÂ
Mendengar kata "minimalis", mungkin yang terbayang oleh kita adalah sebuah aliran seni, fesyen, arsitektur atau desain interior. Itu benar, tetapi lebih dari itu, "minimalisme" merupakan gaya hidup.
Gerakan hidup minimalis dimulai pada tahun 2006 oleh para blogger. Leo Babauta dan blogger-blogger lain mulai menulis tentang pengalaman mereka menemukan kebahagiaan ketika mereka berfokus pada lebih sedikit barang.
Menurut kaum minimalis, dengan menghilangkan hal-hal yang tidak memberi nilai atau kebahagiaan, manusia akan mengalami banyak keuntungan seperti berkurangnya stres, hidup lebih terarah, keamanan finansial meningkat, lebih banyak waktu bersama keluarga.
Prinsip utama menjalani gaya hidup ini adalah hanya memiliki apa yang menjadikan bahagia. Itulah sebabnya, pertama-tama seorang minimalis harus menemukan apa itu kebahagiaan. Jika ia tidak dapat menentukan definisi kebahagiaan, maka orang lain atau media sosial yang akan menentukannya.
Itulah sebabnya, pertama-tama seorang minimalis harus menentukan apa itu kebahagiaan. Jika ia tidak dapat menentukan definisi kebahagiaan, maka orang lain atau media sosial yang akan menentukannya.
Apakah bahagia berarti dapat membeli kopi espreso up-size dengan separuh harga? Atau buy one get one free?Â
Apakah bahagia berarti memiliki sepuluh gaun dan belasan sepatu di dalam lemari pakaian? Atau memiliki dapur yang lengkap dengan microwave? Atau memiliki rumah besar dengan tiga kamar? Atau memiliki pekerjaan bergaji puluhan juta perbulan?
Bagi kaum minimalis, bahagia itu sederhana: terlepas dari dorongan untuk memiliki lebih.
Minimalis Tak Perlu Ekstrem
Sebagaimana gaya hidup lainnya, "minimalisme" merupakan suatu spektrum dengan kondisi ekstrem di ujung-ujungnya. Ada seorang minimalis tinggal seorang diri di apartemen yang sempit, ada pula yang berkeluarga dan tinggal di rumah yang dilengkapi perpustakaan.
Andrew Hyde adalah contoh seorang minimalis ekstrem yang pernah menghebohkan dunia karena hidup hanya dengan 15 item barang. Ia tidak memiliki tempat tinggal dan jarang mandi. Ketika tiba saatnya mandi, ia bersabun dengan pakaian melekat di badan.
Fumio Sasaki terinspirasi oleh Andrew tetapi tidak seekstrem dia. Seluruh benda yang dimilikinya berjumlah kurang lebih 150 item. Isi lemarinya dapat dihafal luar kepala: dua buah jaket, satu hoodie, dan beberapa kaos. Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, juga dikenal bertendensi minimalis: mengenakan kaos satu warna untuk segala acara.
Sebagai lajang, Fumio memasak makanannya sendiri. Setiap hari ia memasak masakan yang sama. Karena itu, ia selalu berbelanja bahan-bahan yang sama dan isi kulkasnya selalu sama. Ia tidak perlu membeli sabun khusus pencuci buah sebab ia memiliki satu jenis sabun cair untuk mencuci muka, wajah, rambut, piring, buah dan pakaian!
Ia tidak perlu membeli sabun khusus pencuci buah sebab ia memiliki satu jenis sabun cair untuk mencuci muka, wajah, rambut, piring, buah dan pakaian!
Sejak menjadi seorang minimalis lima tahun silam, Fumio merasa lebih nyaman. Hidupnya lebih fokus dan teratur.Â
Mulai Menjadi Minimalis
Bila Anda tertarik menjadi seorang minimalis, berikut beberapa tips yang dapat diikuti (disadur dari Be More With Less).
- Buang segala barang ganda (duplikat)
Mulai susuri dan kumpulkan semua barang ganda di rumah Anda: dua cangkir bermotif sama, DVD yang berjudul sama, sikat gigi yang tak terpakai, celana jins yang sama. Anda hanya perlu satu saja untuk setiap item. Buang barang yang tidak Anda perlukan, dan donasikan yang masih bagus. - Tetapkan zona bebas dari serakan (clutter-free zone)
Sebagai pemula, Anda mungkin tidak dapat menerapkan prinsip minimalis ke seluruh aspek kehidupan. Mulailah dari area yang lebih kecil sebagai inspirasi, mungkin itu dapur, meja belajar, atau toilet di rumah.Setelah berhasil mempertahankan zona itu selama beberapa bulan, perluas areanya. Lama-lama seluruh rumah akan bebas dari barang-barang yang tidak berguna.
- Berpergian dengan ringan
Ketika Anda bepergian ke luar kota berikutnya, cobalah membawa perlengkapan setengah dari biasanya. Anda dapat mencuci-jemur baju yang perlu dipakai dua kali. Rasakan bedanya bepergian dengan koper yang lebih ringan. - Berbusana secukupnya
Beberapa kaum minimalis menerapkan Agenda 333, yaitu berbusana dengan 33 item (termasuk sepatu, jam tangan, perhiasan, dan askesori lainnya) selama 3 bulan. Memang sulit pada awalnya tetapi pada akhirnya akan membuat hidup Anda lebih mudah. - Makan makanan yang sama
Mungkin Anda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter untuk yang satu ini, tetapi cobalah sarapan dan makan siang yang sama dalam siklus mingguan. Anda akan terkejut menemukan ada banyak waktu dan uang yang bisa dihemat. Lagipula, beberapa keluarga tanpa sadar telah menikmati sarapan yang sama setiap hari.Â
Tidak ada salahnya mencoba gaya hidup minimalis. Promo akan selalu ada, tetapi kita tidak selalu perlu membelinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H