Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Gambar dan Tulisan Siapakah pada Rupiahmu, Poyuono?

18 Mei 2019   14:02 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:47 9027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: detik.com
Sumber: detik.com

Logika Poyuono adalah menyamakan situasi saat ini dengan penjajahan di zaman Yesus. Ini tidak lain repetisi skenario play-victim yang terus dimainkan oleh kubu yang dibelanya. Seolah-olah kelompok mereka sedang ditindas.

Tidak heran bila ia kemudian berujar, "Itu kalau kaisar atau pemerintahan yang kita akui, kita wajib bayar pajak." (detiknews.com; 16/5).

Ini argumen yang konyol dari seorang yang mengaku Katolik. Jelas sekali ia tidak memahami firman Tuhan yang paling sederhana.

Dengan menyimak perikop Matius 22 baik-baik, semua akan menjadi jelas. Bahkan, bagi anak remaja sekalipun.

Perhatikan bagaimana Yesus mulai menjawab pertanyaan orang-orang Farisi. Pertama-tama, Ia meminta seorang menunjukkan sebuah "mata uang untuk pajak itu" (ay. 19). Sejurus kemudian, mereka membawa satu koin dinar kepada-Nya. 

Yesus mengunjukkan koin itu di hadapan orang banyak dan bertanya: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" (ay. 20).

Studi arkeologi menunjukkan, pada koin yang beredar di zaman itu tercetak gambar kaisar Romawi yang sedang berkuasa.

Salah satu contoh koin Romawi pada abad 1. Sumber: bible.ca
Salah satu contoh koin Romawi pada abad 1. Sumber: bible.ca

Maka, orang banyak itu menjawab: "Gambar dan tulisan Kaisar."

Tanggapan dari Yesus kemudian menyegel pelajaran-Nya pada hari itu. "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Kata kunci saya cetak tebal untuk menegaskan bahwa perintah ini bukan sebuah opsi.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun