Logika Poyuono adalah menyamakan situasi saat ini dengan penjajahan di zaman Yesus. Ini tidak lain repetisi skenario play-victim yang terus dimainkan oleh kubu yang dibelanya. Seolah-olah kelompok mereka sedang ditindas.
Tidak heran bila ia kemudian berujar, "Itu kalau kaisar atau pemerintahan yang kita akui, kita wajib bayar pajak." (detiknews.com; 16/5).
Ini argumen yang konyol dari seorang yang mengaku Katolik. Jelas sekali ia tidak memahami firman Tuhan yang paling sederhana.
Dengan menyimak perikop Matius 22 baik-baik, semua akan menjadi jelas. Bahkan, bagi anak remaja sekalipun.
Perhatikan bagaimana Yesus mulai menjawab pertanyaan orang-orang Farisi. Pertama-tama, Ia meminta seorang menunjukkan sebuah "mata uang untuk pajak itu" (ay. 19). Sejurus kemudian, mereka membawa satu koin dinar kepada-Nya.Â
Yesus mengunjukkan koin itu di hadapan orang banyak dan bertanya: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" (ay. 20).
Studi arkeologi menunjukkan, pada koin yang beredar di zaman itu tercetak gambar kaisar Romawi yang sedang berkuasa.
Maka, orang banyak itu menjawab: "Gambar dan tulisan Kaisar."
Tanggapan dari Yesus kemudian menyegel pelajaran-Nya pada hari itu. "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Kata kunci saya cetak tebal untuk menegaskan bahwa perintah ini bukan sebuah opsi.)